Paparan Zat Toksik terhadap Sistem Pencernaan (Makalah Toksikologi Industri)



BAB I
PENDAHULUAN

Toksikologi dapat didefinisikan sebagai kajian tentang hakikat dan mekanisme efek berbahaya (efek toksik) berbagai bahan kimia terhadap makhluk hidup dan sistem biologik lainnya. Ia dapat juga membahas penilaian kuantitatif tentang berat dan kekerapan efek tersebut sehubungan dengan terpejannya (exposed) makhluk tadi. Apabila zat kimia dikatakan berracun (toksik), maka kebanyakan diartikan sebagai zat yang berpotensial memberikan efek berbahaya terhadap mekanisme biologi tertentu pada suatu organisme. Sifat toksik dari suatu senyawa ditentukan oleh: dosis, konsentrasi racun di reseptor “tempat kerja”, sifat zat tersebut, kondisi bioorganisme atau sistem bioorganisme, paparan terhadap organisme dan bentuk efek yang ditimbulkan. Sehingga apabila menggunakan istilahtoksik atautoksisitas, maka perlu untuk mengidentifikasi mekanisme biologi di mana efek berbahaya itu timbul. Sedangkan toksisitas merupakan sifat relatif dari suatu zat kimia, dalam kemampuannya menimbulkan efek berbahaya atau penyimpangan mekanisme biologi pada suatu organisme (Wirasuta, 2006).
Pada umumnya, logam terdapat di alam dalam bentuk batuan, bijih tambang, tanah, air, dan udara. Macam-macam logam beracun yang dapat menyebabkan kerusakan-kerusakan pada organ tubuh manusia diantaranya zat-zat atau logam berat yang terdapat dalam pestisida (Wikipedia, 2010) .
Di Indonesia, pestisida yang paling dominan banyak digunakan sejak tahun 1950an sampai akhir tahun 1960an adalah pestisida dari golongan hidrokarbon berklor seperti DDT, endrin, aldrin, dieldrin, heptaklor dan gamma BHC. Penggunaan pestisida-pestisida fosfat organik seperti paration, OMPA, TEPP pada masa lampau tidak perlu dikhawatirkan, karena walaupun bahan-bahan ini sangat beracun (racun akut), akan tetapi pestisida-pestisida tersebut sangat mudah terurai dan tidak mempunyai efek residu yang menahun. Pada tanah-tanah pertanian yang menggunakan bahan organik yang tinggi, residu pestisida akan sangat tinggi karena jenis tanah tersebut di atas menyerap senyawa golongan hidrokarbon berklor sehingga persistensinya lebih mantap. Kandungan bahan organik yang tinggi dalam tanah akan menghambat proses penguapan pestisida. Kelembaban tanah, kelembaban udara, suhu tanah dan porositas tanah merupakan salah satu faktor yang juga menentukan proses penguapan pestisida. Penguapan pestisida terjadi bersama-sama dengan proses penguapan air. Residu pestisida yang larut terangkut bersama-sama butiran air keluar dari tanah dengan jalan penguapan, akan tetapi masih mungkin jatuh kembali ke tanah bersama debu atau air hujan. Pestisida dapat menguap karena suhu yang tinggi dan kembali lagi ke tanah melalui air hujan atau pengendapan debu (Saenong, 2005).
Zat-zat kimia yang bersifat toksik masuk ke dalam tubuh dapat melalui beberapa cara, salah satunya adalah melalui sistem pencernaan. Sistem pencernaan (digestive system) adalah sistem organ dalam hewan multisel yang menerima makanan, mencernanya menjadi energi dan nutrien, serta mengeluarkan sisa proses tersebut. Sistem pencernaan antara satu hewan dengan yang lainnya bisa sangat jauh berbeda. Pada dasarnya sistem pencernaan makanan dalam tubuh manusia terjadi di sepanjang saluran pencernaan (gastrointestinal tract) dan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu proses penghancuran makanan yang terjadi dalam mulut hingga lambung.Selanjutnya adalah proses penyerapan sari - sari makanan yang terjadi di dalam usus. Kemudian proses pengeluaran sisa - sisa makanan melalui anus (Wikipedia, 2010).





BAB II
PEMBAHASAN

 Kasus Pencemaran Pestisida Terhadap Kesehatan Manusia
Pestisida tidak saja beracun terhadap organisme sasaran tetapi juga terhadap organisme lainnya seperti manusia dan hewan peliharaan. Pestisida dapat masuk atau meracuni tubuh melalui beberapa cara yaitu tertelan (mulut), terhirup (hidung/saluran pernafasan), terkena kulit atau mata. Gejala keracunan yang langsung terlihat akibat terkena pestisida/racun merupakan keracunan akut sedangkan bila gejala baru terlihat setelah berulangkali atau dalam jangka panjang terkena racun merupakan keracunan kronik.
Tanpa kita sadari terdapat berbagai jenis pestisida yang tersimpan dirumah. Pestisida ini bukan saja digunakan di dalam rumah tetapi juga digunakan di halaman rumah dan kebun untuk melindungi tanaman dari gulma dan hewan perusak lainnya. Anak-anak merupakan korban utama pada kasus keracunan ini karena rasa keingin tahuannya yang tinggi dan tingkah lakunya yaitu senang sekali memasukan apa saja yang ditemui ke dalam mulutnya.
Ada 4 proses yang dialami bahan beracun di dalam organisme, yaitu absorbsi, distribusi, metabolisme dan sekresi. Setiap bahan toksik melewati ke empat proses tersebut. Yang diawali dengan masuknya bahan toksik kemudian didistribusikan atau disebarkan bersama dengan peredaran darah. Setelah melakukan proses distribusi maka akan diserap atau di absorpsi bersama zat-zat makanan yang diperlukan oleh tubuh dan mengalami proses metabolism dalam tubuh manusia, setelah proses metabolism maka tubuh akan mengeluarkan zat sisa metabolism tubuh yang disebut dengan proses sekresi. Untuk mengetahui efek negatif bahan toksikan tersebut di dalam tubuh, perlu diketahui perihal zat toksik dan sistem biologis manusia serta interaksi antara keduanya. Zat toksik akan dibawa oleh darah dan didistribusikan ke seluruh tubuh dan kemudian mengganggu organ tubuh antara lain: keracunan neurotaksik, zat toksik akan dibawa menuju otak, atau zat toksik akan ditimbun dan diproses pada jaringan lemak, otot, tulang, syaraf, liver, pankreas, usus dan kemudian setelah melalui proses- sisanya akan disekresikan ke luar tubuh.
Secara umum telah banyak sekali bukti-bukti yang ditemukan pengaruh samping senyawa kimia pestisida terhadap kesehatan manusia. Beberapa jenis penyakit yang telah diteliti dapat diakibatkan oleh pengaruh samping penggunaan senyawa pestisida antara lain leukemia, myaloma ganda, lymphomas, sarcomas jaringan lunak, kanker prostae, kanker kulit, kanker perut, melanoma, penyakit otak, penyakit hati, kanker paru, tumor syaraf dan neoplasma indung telur. Selain dari pada itu, beberapa senyawa pestisida telah terbukti dapat menjadi faktor "carsinogenic agent" baik pada hewan dan manusia, yakni tercatat ada 47 jenis bahan aktif pestisida ditemukan terbukti sebagai carsinogenic agent pada hewan, dan 12 jenis lagi terbuti sebagai carsinogenic agent pada manusia. Senyawa-senyawa petisida yang telah terbukti menyebabkan penyakit pada manusia antara lain aminotriazole, chloramben, chlorobenzilate, chlorothalenil, ethylene dibromide, pentachlorophenol, formaldehyde, MCPA, ethylen thiourea, dan sebagainya.
Secara umum, proses peracunan senyawa pestisida dapat diamati berdasarkan golongan pestisida yang dipakai di lapangan. Fenomena ini sering ditemukan pada para pekerja yang terkait langsung dengan pestisida seperti pekerja pada lokasi kepabrikan maupun perkerja yang langsung menggunakan senyawa pestisida tersebut terhadap organisme target. Pada golongan pestisida yang mempunyai bahan aktif dari klor organik seperti endrin, aldrin, endosulfan, dieldrin, lindane(gamma BHC) dan DDT, gejala keracunan yang dapat ditimbulkan dapat berupa mual, sakit kepala dan tak dapat berkosentrasi. Pada dosis tinggi dapat terjadi kejang-kejang, muntah dan dapat terjadi hambatan pernafasan. Hal ini disebabkan kerena senyawa klor organik mempengaruhi susunan syaraf pusat terutama otak.
Pada senyawa fosfat organik, gejala yang timbul dapat berupa sakit kepala, pusing, lemah, pupil mengecil, gangguan penglihatan, sesak nafas, mual, muntal, kejang pada perut, diare, sesak dada dan detak jantung menurun. Senyawa ini menghambat aktivitas enzim kolonestrasi dalam tubuh penderita. Pada karbamat, gejala keracunannya hampir tak terlihat jelas, proses kerjanya juga menghambat enzim kolinestrase dalam tubuh, tetapi reaksinya reversible dan lebih banyak bekerja pada jaringan bukan dalam plasma darah. Yang masuk kategori senyawa itu adalah aldikarb, carbofuran, metomil, propoksur dan karbaril.
Pengaruh yang ditimbulkan oleh limbah pestisida terhadap mahluk hidup, khususnya manusia terdiri atas 2 kategori yaitu: efek akut dan efek kronis. Efek akut dapat menimbulkan akibat berupa kerusakan susunan syaraf, kerusakan sistem pencernaan, kerusakan sistem kardio vasculer, kerusakan sistem pernafasan, kerusakan pada kulit, dan kematian. Sementara itu, efek kronis dapat menimbulkan efek karsinogenik (pendorong terjadinya kanker), efek mutagenik (pendorong mutasi sel tubuh), efek teratogenik (pendorong terjadinya cacat bawaan), dan kerusakan sistem reproduksi. Bagian organ tubuh yang terkena pengaruh adalah:Ginjal (umumnya disebabkan zat toksik Cadmium); – Tulang (umumnya disebabkan zat toksik Benzene); – Otak (umumnya disebabkan zat toksik Methyl Mercury); – Liver (umumnya disebabkan zat toksik Carbon –Tetrachlorida) Paru-paru (umumnya disebabkan zat toksik Paraquat); – Mata (umumnya disebabkan zat toksik Khloroquin).
Golongan pestisida dan cara bekerjanya dalam menimbulkan kerusakan organ manusia:
• Klor organik meliputi endrin, aldrin, endosulfan(thiodan), dieldrin, lindane(gamma BHC), DDT. Cara bekerjanya dengan cara mempengaruhi susunan saraf pusat terutama otak. Gejala keracunan yang timbul antara lain Mual, sakit kepala, tak dapat berkonsentrasi. Pada dosis tinggi dapat terjadi kejang-kejang muntah dan dapat terjadi hambatan pernafasan.
• Fosfat organik: mevinfos (fosdrin), paration, gution, monokrotofos (azodrin), dikrotofos, fosfamidon, diklorvos (DDVP), etion, efntion, diazinon. Cara bekerjanya yaitu dengan menghambat aktivitas enzim kholinnestrase. Gejala yang ditimbulkan adalah Sakit kepala, pusing-pusing, lemah, pupil mengecil, gangguan penglihatan dan sesak nafas, mual, muntah, kejang pada perut dan diare, sesak pada dada dan detak jantung menurun.
• Karbamat : aldikarb(temik), carbofuran (furadan), metomil (lannate), propoksur (baygon), karbaril (sevin). Cara bekerjanya yaitu dengan Menghambat aktivitas enzim kholinestarse, tetapi reaksinya reversible dan lebih banyak bekerja pada jaringan, bukan dalam darah/plasma. Tanda-tanda keracunan umumnya dapat terlihat dalam waktu yang lama.
• Dipiridil : paraquat, diquat dan morfamquat. Cara bekerjanya dengan cara membentuk ikatan dan merusak jaringan ephitel dari kulit, kuku, saluran pernapasan dan saluran pencernaan, sedangkan larutan yang pekat dapat menyebabkan peradangan. Gejala yang timbul sangat lambat seperti perut, mual, muntah dan diare karena ada iritasi pada saluran pencernaan. 48-72 jam baru gejala kerusakan seperti ginjal seperti albunuria, proteinura, hematuria, dan peningkatan kreatinin lever, 72 jam-14 hari terlihat tanda-tanda kerusakan pada paru-paru.
• Antikoagulan : tipe kumarin (warfarin), tipe 1,3 indantion: difasinon, difenadion (Ramik). Cara bekerjanya yaitu pestisida diserap oleh pencernaan makanan, penyerapan dapat terjadi sejak saat tertelan sampai 2-3 hari. Gejala yang timbul antara lain hematuria (kencing darah), hidung berdarah, sakit pada rongga perut, kurang darah dan kerusakan ginjal.
• Arsen : arsen trioksid, kalium arsenat, asam arsenat dan arsin(gas). Cara kerjanya dengan Menghambat pembentukan zat yang berguna untuk koagulasi/pembekuan darah antara lain protrombin. Keracunan arsen pada umumnya melalui mulut walaupun bisa juga diserap melalui kulit dan saluran pernafasan. Gejala yang timbul dapat berupa keracunan akut: nyeri pada perut, muntah dan diare. Pada keracunan sub akut akan timbul gejala seperti sakit kepala, pusing dan banyak keluar ludah.
Berbagai zat kimia atau logam berat yang terkandung dalam pestisida yang dapat menyebabkan kerusakan-kerusakan atau gangguan kesehatan pada sistem organ pencernaan manusia diantaranya sebagai berikut:
 Alumunium (Al)
Aluminium yang terkandung dalam cairan logam di tempat kerja menyebabkan kanker. Target organ aluminium adalah sistem saraf pusat, ginjal, dan sistem pencernaan.
 Barium (Ba)
Beberapa senyawa barium mudah larut dalam air dan ditemukan di danau atau sungai. Dampak yang ditimbulkan senyawa barium yang berbeda tergantung pada kelarutan senyawa barium. Senyawa barium dapat menimbulkan efek yang berbeda tergantung pada kelarutan senyawa barium tersebut, diantaranya iritasi perut, kerusakan hati.

 Berillium (Be)
Daur ulang logam yang mengandung berilium sangat berbahaya, karena mereka menghirup udara tempat kerja yang terkontaminasi dengan berilium.Berilium diserap perlahan-lahan dari paru-paru ke dalam darah, dan kemudian diangkut ke sistem rangka, hati dan ginjal.
 Kadmium (Cd)
Keracunan logam kadmium terdiri dari 15-50% penyerapan melalui sistem pernafasan dan 2-7% melalui sistem pencernaan. Target organ adalah hati, plasenta, ginjal, paru-paru, otak, dan tulang.
 Merkuri (Hg)
Metil Merkuri (MeHg) merupakan bentuk penting yang menimbulkan keracunan pada manusia. Keracunan makanan yang terkontaminasi pestisida yang mengandung merkuri dapat menyebabkan kerusakan liver.
A. Pencemaran Pestisida Terhadap Kerusakan Mulut
Senyawa-senyawa yang telah diketahui dapat menyebabkan kerusakan dan penyakit pada mulut antara lain merkuri, timbal, Arsen (arsen trioksid, kalium arsenat, asam arsenat dan arsin/gas), Be-klorida, timbal (Pb), tembaga, selenium (Se).
Barbagai jenis logam masuk ke dalam saluran pencernaan melalui makanan yang terkontaminasi oleh logam-logam tersebut. Cara kerja logam-logam itu dapat menimbulkan kerusakan pada mulut yang menyebabkan efek banyak mengeluarkan ludah yaitu dengan menghambat pembentukan zat yang berguna untuk koagulasi/pembekuan darah antara lain protrombin.
Bila melalui mulut, pada umumnya efek yang timbul adalah iritasi saluran makanan, nyeri, mual, muntah dan diare. Selain itu mengakibatkan penurunan pembentukan sel darah merah dan putih, gangguan fungsi jantung, kerusakan pembuluh darah, luka di hati dan ginjal (Wikipedia, 2010).
Gejala keracunan akut mulai timbul 30 menit setelah meminum racun. Berat ringannya gejala yang timbul tergantung pada dosisnya. Efek adstringen menimbulkan rasa haus dan rasa logam disertai rasa terbakar pada mulut serta karies gigi. Gejala lain yang sering muncul ialah mual, muntah dengan muntahan yang berwarna putih seperti susu karena Pb Chlorida dan rasa sakit perut yang hebat. Lidah berlapis dan nafas mengeluarkan bau yang menyengat. Pada gusi terdapat garis biru yang merupakan hasil dekomposisi protein karena bereaksi dengan gas Hidrogen Sulfida.
Agar kerusakan mulut tidak terjadi dapat dilakukan penanggulangan dengan cara memberikan BAL (British Anti-Lewisite), senyawa yang mengandung 2,3-merkapto propanol (H2SC-CSH-CH2OH), atau Ca-EDTA (kalsium etilendiamin tertra asetat), dan NAP (N-asetil-d, -penicilamin). Memastikan makanan yang dikonsumsi bebas dari logam yang bersifat toksik yang dapat diketahui dari rasa yang ditimbulkan dari makanan tersebut, menghindari penggunaan peralatan-peralatan dapur atau tempat makanan/ minuman yang mengandung logam berat, mencegah anak menelan/menjilat mainan yang berbahan mengandung logam berat, menyediakan fasilitas ruang makan yang terbebas dari logam-logam berat yang bersifat toksik, dan tempat penyimpanan makanan atau minuman tertutup sehingga tidak ada kontak dengan debu yang mengandung logam berat yang bersifat toksik.
B. Pencemaran Pestisida Terhadap Kerusakan Kerongkongan
Senyawa yang dapat menyebabkan kerusakan dan penyakit pada kerongkongan antara lain arsen, berilium (Be-oksida, Be-fluorida, Be-sulfat), timbal (Pb), merkuri. Gejala-gejala yang ditimbulkan karena adanya kontaminasi logam-logam tersebut antara lain sakit di kerongkongan, sukar menelan, menyertai rasa nyeri lambung, dan muntah-muntah(Qiqi, 2008).
Logam berat bersifat toksik dapat menyerang kerongkongan jika logam tersebut tertelan oleh manusia melalui makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia telah terkontaminasi oleh logam tersebut. Saluran kerongkongan hanya sebagai tempat lewatnya bahan toksik bukan sebagai organ sehingga bahan toksik hanya melewati saluran kerongkongan yang selanjutnya masuk ke system pencernaan selanjutnya. Efek yang timbul di kerongkongan hanya bersifat local sehingga efeknya hanya sementara.
Pencegahannya dapat dilakukan dengan cara menghindari sumber bahan pangan yang memiliki risiko mengandung logam berat, mencuci dan mengolah bahan pangan yang akan dikonsumsi dengan baik dan benar, membersihkan rumah, segala perabot, makanan, dan mainan anak secara rutin dari debu dan berbagai jenis kotoran yang memungkinkan mengandung logam berat yang bersifat toksik (Widowati, 2008).
C. Pencemaran Pestisida Terhadap Kerusakan Lambung
Senyawa-senyawa yang terkandung dalam pestisida yang dapat menyebabkan kerusakan atau penyakit yang menyerang lambung sebagai sasaran antara lain metanil yellow, kromium, arsen, timbal, paradichlorobenzene, nikel, tembaga, asbestos, akrilonitrile.
- Metanil Yellow
Organ tubuh manusia yang menjadi sasaran bahan toksik ini adalah lambung. Apabila tertelan, senyawa ini akan masuk ke lambung dan dapat menyebabkan mual, muntah, sakit perut, diare, panas, rasa tidak enak dan tekanan darah rendah.
- Kromium
Mencerna makanan yang mengandung Cr (VI) tinggi dapat menyebabkan gangguan pencernaan berupa sakit lambung, muntah dan pendarahan, luka pada lambung, konvulsi, kanker alat pencernaan, bahkan dapat menyebabkan kematian. Berbagai usaha untuk menghindari risiko terpapar logam ini antara lain dengan cara menghindari makanan yang kotor dan tidak higienis, mencuci tangan sebelum makan, mengurangi konsumsi suplemen Cr secara berlebihan.



- Arsen
Arsen masuk ke dalam tubuh manusia umumnya melalui makanan dan minuman. Arsen yang tertelan secara cepat akan diserap lambung dan usus halus kemudian masuk ke peredaran darah.
- Paradichlorobenzene
Apabila keracunan masuk melalui mulut dapat menyebabkan iritasi saluran pencernaan dan mengakibatkan mual, muntah dan diare (POM, 2007)
D. Pencemaran Pestisida Terhadap Kerusakan Hati
Berbagai senyawa toksik yang terkandung dalam pestisida yang telah terbukti dapat menyebabkan kerusakan pada hati antara lain rhodamin B, kadmium, arsen, merkuri, nikel, tembaga, timah hitam, fosfor, antimon, thalium, krom, brom, hidrazin, eter, alkohol, dinitro benzena, besi (Fe).
- Rhodamin B
Rhodamin B berbentuk serbuk kristal merah keunguan dan dalam larutan akan berwarna merah terang berpendarang. Zat itu sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit, mengenai mata dan tertelan. Dampak yang terjadi dapat berupa iritasi pada saluran pernapasan, iritasi pada kulit, iritasi pada mata, iritasi saluran pencernaan dan bahaya kanker hati. Apabila tertelan dapat menimbulkan iritasi pada saluran pencernaan dan air seni akan berwarna merah atau merah muda. Penyebarannya dapat menyebabkan gangguan fungsi hati dan kanker hati.
- Kadmium (Cd)
Kadmium yang digunakan untuk melapisi barang-barang dari logam dapat larut dalam makanan yang bersifat asam, sehingga jika ikut termakan dalam jumlah banyak makanan tersebut bisa menimbulkan keracunan (Nikah, 2005).
Kadmium banyak terdapat di dalam pestisida yang biasa digunakan sebagai pupuk tanaman padi oleh para petani. Pestisida yang terkandung dalam Beras yang dimakan oleh masyarakat kebanyakan berasal dari tanaman padi yang selama bertahun-tahun mendapat air yang tercemar Cd. Endapan Cd yang terakumulasi di dalam padi kemudian mengalami biomagnification (pembesaran biologi) dan mengumpul dalam hati (Kenari, 2010). Pencegahannya dilakukan dengan cara antara lain tidak memakai wadah/tempat yang berlapis Cd yang digunakan untuk tempat makanan dan minuman, menghindari kontaminasi perairan dan hasil pertanian yang tercemar Cd, tidak mengkonsumsi daging yang diberi obat anthelminthes yang mengandung Cd, mengkonsumsi makanan yang mengandung Zn tinggi antara lain biji-bijian yang ditumbuk halus, makanan dari golongan leguminosae, dan kacang-kacangan. Mekanisme absorpsi kadmium (Cd) dalam saluran pencernaan meliputi dua tahap, yaitu:
1. Penyerapan Cd dari lumen usus melewati membran brush border ke dalam sel mukosa.
2. Transpor Cd ke dalam aliran darah dan deposisi dalam jaringan, terutama dideposit di hati dan ginjal. Seperti halnya Zn, Cd memiliki afinitas yang tinggi pada testis sehingga konsentrasi pada jaringan testis juga lebih tinggi dibandingkan dengan jaringan lainnya.
Orang yang terkontaminasi Cd dalam tubuhnya menunjukkan gejala kreatinin pada wanita dan β-2 mikroglobulin, protein pengikat kretinol, aminociduria (proline), terjadi perubahan pada hepar dimana pita-pita sel yang membentuk lobus tidak beraturan dan jaringan ikat mulai nampak serta semakin banyaknya sel karioreksis. Nekrosis hepatosit yang ditandai adanya inti sel yang mengalami piknosisi, karioreksis atau kariolisis, perlemakan, pembengkakkan sel, pengerutan sel.
- Arsen
Senyawa arsen jika tertelan oleh seseorang akan masuk ke dalam rongga hati dan merusak hati. Kompensasi dari pemaparan arsen terhadap manusia adalah kanker, terutama kanker paru-paru, hati dan hepatitis (Qiqi, 2008).
E. Pencemaran Pestisida Terhadap Kerusakan Usus
Banyak senyawa kimia yang bersifat toksik yang menyerang usus, baik usus halus maupun usus besar sebagai salah satu organ yang dilalui dalam sistem pencernaan. Senyawa-senyawa tersebut dapat menyebabkan kerusakan pada usus, sebagai contoh adalah arsen, merkuri, nikel, tembaga, asbestos, akrilonitrile.
- Arsen
Senyawa ini masuk ke dalam tubuh melalui mulut lalu kerongkongan, lambung, hati kemudian ke usus. Daya racun yang dimiliki akan bekerja sebagai penghalang kerja enzim, sehingga proses metabolisme tubuh terputus (Kalbe farma, 2008).
- Merkuri
Merkuri menyebabkan kerusakan yang parah pada berbagai organ di antaranya hati dan usus besar. Keracunan akut oleh Hg menunjukkan gejala skit pada bagian perut, mual dan muntah yang disertai darah, dan shock. Apabila tidak segera diobati, akan berlanjut dengan tejadinya kematian.
Adanya kandungan logam-logam berat yang bersifat toksik di dalam tubuh maka akan terjadi penyerapan atau absorpsi di usus halus dan usus besar. Logam-logam tersebut masuk ke usus dan diekskresikan melalui feses. Absorpsi logam dilakukan oleh gastrointestinal. Transportasi logam oleh serum yang berikatan dengan albumin.
Efek-efek yang ditimbulkan karena keracunan akut logam-logam tersebut antara lain kolik abdomen, muntah, gastroenteritis diikuti diare, feses dan muntahan yang berwarna hijau kebiruan.
Usaha untuk menghindari bahaya logam-logam berat tersebut antara lain dengan menghindari sumber bahan pangan yang memiliki risiko mengandung logam berat, mencuci dan mengolah bahan pangan yang akan dikonsumsi dengan baik dan benar, membersihkan rumah, segala perabot, makanan, dan mainan anak secara rutin dari debu dan berbagai jenis kotoran yang memungkinkan mengandung logam berat yang bersifat toksik.
F. Pencemaran Pestisida Terhadap Kerusakan Pankreas
Senyawa kimia beracun yang melalui saluran pencernaan dan dapat menyebabkan kerusakan pada pankreas antara lain kromium, metanol, seng, kobalt, merkuri klorit, kadmium, cresol, besi (Fe).


- Kromium
Dalam bentuk makanan, kromium diserap 10-25 %. Efek toksik kromium dapat merusak dan mengiritasi hidung, paru-paru, lambung, pankreas dan usus. Dampak jangka panjang yang tinggi dari kromium menyebabkan kerusakan pada paru-paru dan pankreas. Mengonsumsi makanan berbahan kromium dalam jumlah yang sangat besar, menyebabkan gangguan perut, bisul, kejang, ginjal, kerusakan hati, dan bahkan kematian.
Cara kerja kromium dalam pankreas adalah mampu melipatgandakan daya kerja insulin melalui sistem kerja Glukose Tolerance Factor (GTF). Jika saluran pencernaan terkontaminasi oleh kromium dalam jumlah besar maka dapat menyebabkan kelenjar pankreas memproduksi insulin dalam jumlah yang besar pula. Hal ini dapat menghambat pemakaian glukosa oleh sel dan dapat terjadi pemecahan glikogen yang disimpan di dalam hati dan otot secara berlebihan (Setyo, 2006).
Upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari kerusakan pankreas antara laian dengan melakukan test laboratorium yang ditandai dengan lekositosis, amilase meningkat, lipase meningkat, kalsium menurun, gula darah meningkat.
G. Pencemaran Pestisida Terhadap Kerusakan Anus
Senyawa kimia yang tserkandung dalam pestisida yang dapat menyebabkan kerusakan anus antara lain timbal sulfida, arsen, merkuri, nikel.
- Timbal Sulfida (Pb Sulfida)
Jika seseorang menelan makanan yang terkontaminasi oleh Timbal Sulfida maka akan menyebabkan tinja penderita berwarna hitam karena mengandung Pb Sulfida, dapat disertai diare atau konstipasi, menyebabkan kolik dan kosnstipasi.
Secara umum gejala keracunan timbal terlihat pada system pencernaan berupa muntah–muntah, nyeri kolik abdomen, rasa logam dan garis biru pada gusi, konstipasi kronis.
- Arsen
Arsen dapat menyebabkan kerusakan pada anus jika tertelan oleh manusia. Senyawa arsen dalam dosis besar membentuk vesikula di bawah mukosa gastrointestinal. Vesikula tadi akhirnya pecah, fragmen epitel terlepas, lalu plasma tercurah ke dalam lumen, yang kemudian akan membeku.
Jaringan yang rusak dan aksi cathartic dari meningkatnya cairan dalam lumen menyebabkan naiknya peristaltik dan keluarnya tinja yang karakteristiknya seperti air beras. Protiforens epitel yang normal ditekan, yang menyebabkan kerusakan lebih lanjut. Sesudah itu feses menjadi berdarah, muntah sering kali terjadi, dan muntahan mungkin mengandung darah.
Upaya yang dilakukan untuk mencegah dan menghindari efek toksik dari logam-logam tersebut antara lain dengan melakukan test medis, pemantauan kadar logam berat di udara dan dalam makanan/ minuman secara berkesinambungan, menghindari penggunaan peralatan-peralatan dapur atau tempat makanan/ minuman yang mengandung logam-logam tersebut, serta mengurangi kontak dengan logam berat dengan menggunakan peralatan standar keamanan dan keselamatan kerja.





BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1. Toksikologi dapat didefinisikan sebagai kajian tentang hakikat dan mekanisme efek berbahaya (efek toksik) berbagai bahan kimia terhadap makhluk hidup dan sistem biologik lainnya.
2. Macam-macam logam beracun yang dapat menyebabkan kerusakan-kerusakan pada organ tubuh manusia diantaranya zat-zat atau logam berat yang terdapat dalam pestisida.
3. Kasus Pencemaran Pestisida Terhadap Kesehatan Manusia antara lain pencemaran pestisida terhadap kerusakan mulut, kerongkongan, lambung, hati, usus, pankreas, dan anus.
4. Berbagai macam senyawa yang terkandung dalam pestisida yang bersifat toksik dan menjadikan organ-organ pada sistem pencernaan seperti mulut, kerongkongan, lambung, hati, pankreas, dan anus sebagai sasaran sehingga menyebabkan kerusakan pada organ-organ tersebut antara lain Alumunium (Al), Barium (Ba), Berillium (Be), Merkuri (Hg), Kadmium (Cd), Kromium (Cr), Arsen (Ar,) Metanil Yellow, Paradichlorobenzene, Rhodamin B, Pb Sulfida
5. Efek-efek yang ditimbulkan oleh senyawa-senyawa tersebut antara lain mual, muntah, sukar menelan, rasa tidak enak pada lambung, diare, sakit perut, kanker hati, mengeluarkan banyak ludah, nyeri abdomen, dan sebagainya.



DAFTAR PUSTAKA

Kalbe Farma. 2008. Hubungan Kandungan Logam dan Pencernaan. http://www.ahlinyalambung.com/. Diakses tanggal 18 September 2010
Kenari. 2010. Dampak Limbah B3. http://www.kenarimgz.com/category/liputan/lingkungan. diakses tanggal 18 September 2010.
Nikah. 2005. Keracunan Makanan. http://jilbab.or.id/archives/315-keracunan-makanan/. Diakses tanggal 18 September 2010.
POM, 2007. Bahaya Keracunan Pestisida Di Rumah Tangga. http://www.pom.go.id/public/siker/desc/produk/RacunPesRT.pdf. diakses tanggal 19 September 2010.
Qiqi. 2008. Kerusakan Akibat Arsen. http://www.ligagame.com/forum/index.php?topic=71261.0;wap2. Diakses tanggal 19 September 2010.
Saenong. 2005. Kerusakan Lingkungan dan Gangguan Kesehatan Sebagai Dampak Penggunaan Pestisida Pertanian. http://www.litbang.deptan.go.id%2find%2f2005%2FSP%2Fkerusakan.doc&rct=j&q=pengaruh%20pestisida%20terhadap%20saluran%20pencernaan&ei=ZHOUTNeTDM7Rcbyx5KMF&usg=AFQCNFmfYEqykdzcDTjBfVzdyB2qCEelg&cad=rja. Diakses tanggal 18 September 2010.
Setyo. 2006. Efek Konsentrasi Kromium (Cr+3) dan Salinitas Berbeda Terhadap Efisiensi Pemanfaatan Pakan Untuk Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis Niloticus). http://eprints.undip.ac.id/15374/1/Bambang_Pramono_Setyo.pdf. Diakses tanggal 19 September 2010.
Widowati, Wahyu. 2008. Efek Toksik Logam. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Wikipedia. 2010. Toksisitas Logam. http://id.wikipedia.org/wiki/Toksisitas_logam. diakses tanggal 18 September 2010.
Wirasuta. 2006. Toksikologi Logam Berat. http://kyoshiro67.files.wordpress.com/2010/04/toksikologi-logam-berat.ppt. Diakses tanggal 19 September 2010.
◄ Newer Post Older Post ►