HUBUNGAN PERILAKU KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN PAPARAN ABU TERBANG PADA PEKERJA PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) di CILACAP

Tugas Proposal Penelitian

HUBUNGAN PERILAKU KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN PAPARAN ABU TERBANG PADA PEKERJA PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) di CILACAP

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Era industrialisasi di Indonesia dewasa ini mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang sangat pesat. Dengan adanya perkembangan yang pesat ini akan mendukung meningkatnya penggunaan peralatan kerja, mesin kerja serta bahan - bahan yang digunakan dalam proses produksi. (Simanjuntak, 1991). Keberadaan industrialisasi ini mendatangkan beberapa keuntungan sekaligus kerugian. Keuntungan tersebut adalah :
(1). Dengan industrialisasi akan meningkatkan devisa negara,
(2). Meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja serta
(3). Meningkatkan taraf hidup rakyat.
Sedangkan kerugian yang biasa ditimbulkan diantaranya adalah : Gangguan terhadap lingkungan dan Gangguan terhadap tenaga kerja. Gangguan - gangguan terhadap lingkungan dapat dilihat dengan timbulnya pencemaran. Pencemaran yang berasal dari limbah-limbah industri dapat berupa sampah padat maupun limbah cair dan pencemaran udara yang disebabkan oleh gas-gas buangan, debu, abu terbang maupun sisa hasil pembakaran (Heryuni, 1991).
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu upaya untuk menciptakan suasana bekerja yang aman, nyaman, dan tujuan akhirnya adalah mencapai produktivitas setinggi-tingginya. Maka dari itu K3 mutlak untuk dilaksanakan pada setiap jenis bidang pekerjaan tanpa kecuali. Upaya K3 diharapkan dapat mencegah dan mengurangi risiko terjadinya kecelakaan maupun penyakit akibat melakukan pekerjaan. Dalam pelaksanaan K3 sangat dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu manusia, bahan, dan metode yang digunakan, yang artinya ketiga unsur tersebut tidak dapat dipisahkan dalam mencapai penerapan K3 yang efektif dan efisien. Sebagai bagian dari ilmu Kesehatan Kerja, penerapan K3 dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu adanya organisasi kerja, administrasi K3, pendidikan dan pelatihan, penerapan prosedur dan peraturan di tempat kerja, dan pengendalian lingkungan kerja. Dalam Ilmu Kesehatan Kerja, faktor lingkungan kerja merupakan salah satu faktor terbesar dalam mempengaruhi kesehatan pekerja, namun demikian tidak bisa meninggalkan faktor lainnya yaitu perilaku.
Perilaku seseorang dalam melaksanakan dan menerapkan K3 sangat berpengaruh terhadap efisiensi dan efektivitas keberhasilan K3. Demikian juga yang terjadi pada pekerja PLTU (pembangkit listrik tenaga uap), dimana tingkat kepatuhan terhadap peraturan dan pengarahan K3 akan mempengaruhi perilaku terhadap penerapan prinsip K3 dalam melakukan pekerjaannya. Dampak abu terbang terhadap pernafasan belum dilakukan penelitian, terutama pada populasi pekerja yang mempunyai risiko tinggi terpapar abu terbang akibat kerja, seperti pekerja yang bekerja pada perusahaan Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Tinggi rendahnya kadar abu terbang dalam pernafasan merupakan indikator biologis adanya pajanan partikel halus (abu terbang). (Setyawati L, 1996)
Perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan, minat, emosi, kehendak, berfikir, motivasi, persepsi, sikap, reaksi dan sebagainya (Azwar S, 2005). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan masyarakat atau individu, yaitu :
a. faktor dasar (predisposing factor),
mencakup pengetahuan, sikap, kebiasaan, kepercayaan, norma sosial dan unsur lain yang terdapat dalam diri individu di dalam masyarakat yang terwujud dalam motivasi;
b. faktor pendukung (enabling factor), mencakup sumber daya atau potensi masyarakat, terwujud dalam tersedianya alat dan fasilitas serta peraturan;
c. faktor pendorong (reinforcing factor), mencakup sikap dan perilaku dari orang lain yang terwujud dalam dukungan sosial. (Green, 2000)
Perilaku manusia dapat disimpulkan sebagai refleksi kejiwaan untuk memberikan respon terhadap situasi di luar dirinya. Perilaku kesehatan manuasia atau individu dipengaruhi oleh faktor dasar yaitu faktor yang menjelaskan alasan atau motivasi seseorang untuk berperilaku, faktor pendukung adalah faktor yang merupakan pendukung untuk berperilaku dan faktor pendorong yaitu faktor lingkungan yang dominan dalam pembentukan perilaku. Tenaga kerja yang berperilaku sehat akan menghidari risiko terjadinya penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja.
Abu terbang (fly ash) dan abu dasar (bottom ash) merupakan limbah padat yang dikeluarkan oleh PLTU berbahan bakar batu bara. Menurut laporan teknik PT PLN (Persero) (1997), di Indonesia produksi limbah abu terbang dan abu dasar dari PLTU diperkirakan akan mencapai 2 juta ton pada tahun 2006, dan meningkat menjadi hampir 3,3 juta ton pada tahun 2007. Khusus untuk PLTU Cilacap, sejak tahun 2004 hingga 2010 diperkirakan ada akumulasi jumlah abu sebanyak 219.000 ton per tahun. Jika limbah abu ini tidak ditangani akan menimbulkan masalah pencemaran lingkungan. Salah satu kemungkinan penanganannya adalah dengan memanfaatkan abu terbang ini untuk bahan baku pembuatan refraktori. Menurut Hwang (1991), komponen mineral utama abu terbang adalah aluminosilikat, besi oksida, silikat densitas rendah, dan sisa karbon, serta kemungkinan adanya mineral mullite.
Berdasarkan pengetahuan yang diketahui kadar abu tebang rata-rata di PLTU Cilacap Jawa Tengah sebesar lebih dari 4,35 mgr/m3. Sedangkan menurut surat edaran Menteri Tenaga Kerja Nomor : SE.01/MEN/1997 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Kimia di Udara Lingkungan Kerja adalah 2 mg/m3 udara. Dengan hasil ini maka kadar abu terbang rata-rata di PLTU Cilacap telah melebihi ambang batas yang diperbolehkan. Jika hal ini dibiarkan saja maka dapat mengganggu kesehatan dan kenyamanan kerja. Adapun salah satu gangguan kesehatan tenaga kerja yang diakibatkan oleh pemaparan abu terbang, adalah terjadinya penurunan fungsi paru yang merupakan salah satu penyakit akibat kerja.

Dengan demikian usulan penelitian ini dibuat agar dapat meneliti para pekerja PLTU Cilacap. Melihat masih tingginya angka kesakitan dan kecelakaan akibat kerja pada pekerja PLTU di Cilacap, maka peneliti tertarik untuk melihat hubungan perilaku keselamatan dan kesehatan kerja paparan abu terbang pada pekerja PLTU di Cilacap.


B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakan diatas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai barikut: “Apakah terdapat hubungan antara perilaku keselamatan dan kesehatan kerja dengan paparan abu terbang pada pekerja PLTU di Cilacap?”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara perilaku keselamatan dan kesehatan kerja dengan paparan abu terbang pada pekerja PLTU di Cilacap.
2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui presentase paparan terhadap abu terbang pada pekerja PLTU
2. Mengetahui perkembangan pemakaian APD (alat pelindumg diri) yang dilakukan pekerja sebagai kewajiban pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja dalam perusahaan.

D. Manfaat
1. Bagi Keilmuan
Penelitian ini diharapkan dapat member sumbangan atau konstribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan penerapannya, khususnya dibidang kesehatan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Memberikan informasi pengembangan pemakaian APD (alat pelindung diri)
3. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan member informasi yang benar tentang penanganan penggunaan APD terhadap paparan abu terbang pada pekerja PLTU.



4. Bagi Peneliti
Menambah pengetaahuan dan pengalaman dalam penulisan karya tulis ilmiah dan sebagai salah satu pengalaman belajar di Universitas Jendral Soedirman Jurusan Kesehatan Masyarakat.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah yang berhubungan dengan peralatan, tempat kerja & lingkungan, serta cara-cara melakukan pekerjaan. Serta arti dan tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah menjamin keadaan, keutuhan & kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah manusia serta hasil karya & Budaya, tertuju kepada kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan manusia pada khususnya.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu upaya untuk menciptakan suasana bekerja yang aman, nyaman, dan tujuan akhirnya adalah mencapai produktivitas setinggi-tingginya. Maka dari itu K3 mutlak untuk dilaksanakan pada setiap jenis bidang pekerjaan tanpa kecuali. Upaya K3 diharapkan dapat mencegah dan mengurangi risiko terjadinya kecelakaan maupun penyakit akibat melakukan pekerjaan. Dalam pelaksanaan K3 sangat dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu manusia, bahan, dan metode yang digunakan, yang artinya ketiga unsur tersebut tidak dapat dipisahkan dalam mencapai penerapan K3 yang efektif dan efisien. Sebagai bagian dari iImu Kesehatan Kerja, penerapan K3 dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu adanya organisasi kerja, administrasi K3, pendidikan dan pelatihan, penerapan prosedur dan peraturan di tempat kerja, dan pengendalian lingkungan kerja.
Dalam ilmu kesehatan kerja, faktor lingkungan kerja merupakan salah satu faktor terbesar dalam mempengaruhi kesehatan pekerja, namun demikian tidak bisa meninggalkan faktor lainnya yaitu perilaku. Perilaku seseorang dalam melaksanakan dan menerapkan K3 sangat berpengaruh terhadap efisiensi dan efektivitas keberhasilan K3. Demikian juga yang terjadi pada pekerja PLTU Cilacap, dimana tingkat kepatuhan terhadap peraturan dan pengarahan K3 akan mempengaruhi perilaku terhadap penerapan prinsip K3 dalam melakukan pekerjaannya. (Setyawati L, 1996).
Apabila K3 tidak diterapkan pada perusahaan atau perindustrian maka akan terjadi kecelakaan di tempat kerja, yang dapat berdampak pada pekerja dan perusahaan atau perindustrian. Kecelakaan kerja dapat disebabkan oleh faktor kondisi lingkungan dan manusia.Gangguan yang diderita tenaga kerja adalah gangguan kesehatan yang dapat diakibatkan karena terkena penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau sering disebut penyakit akibat kerja, yaitu suatu penyakit, kelainan atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh dan atau diderita ketika melakukan pekerjaan (Suma'mur, 1997). Selain itu juga bisa terjadi kecelakaan kerja yang terjadi pada waktu menjalankan pekerjaan atau dalam perjalanan dari dan ke tempat kerja Penyakit akibat kerja ini juga dapat dikategorikan sebagai kecelakaan kerja (Soejarsono, 1994).
Berdasarkan pengetahuan yang diketahui kadar abu tebang rata-rata di PLTU Cilacap Jawa Tengah sebesar lebih dari 4,35 mgr/m3. Sedangkan menurut surat edaran Menteri Tenaga Kerja Nomor : SE.01/MEN/1997 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Kimia di Udara Lingkungan Kerja adalah 2 mg/m3 udara. Dengan hasil ini maka kadar debu udara rata-rata di PLTU Cilacap telah melebihi ambang batas yang diperbolehkan. Jika hal ini dibiarkan saja maka dapat mengganggu kesehatan dan kenyamanan kerja. Adapun salah satu gangguan kesehatan tenaga kerja yang diakibatkan oleh pemaparan abu terbang, adalah terjadinya penurunan fungsi paru yang merupakan salah satu penyakit akibat kerja.

B. Faktor – faktor Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja dapat disebabkan oleh faktor kondisi lingkungan dan manusia. Faktor-faktor bahaya yang disebabkan oleh kondisi lingkungan kerja antara lain adalah :
(1). Faktor fisik, misalnya: penerangan, suara, radiasi, suhu, kelembaban dan tekanan udara.
(2). Faktor kimia, misalnya : gas, uap, debu, kabut, asap, awan, cairan, abu terbang dan benda padat.
(3). Faktor biologi, misalnya : virus dan bakteri baik dari golongan tumbuhan atau hewan.
(4). Faktor ergonomi atau fisiologis, misalnya : konstruksi mesin, sikap dan cara kerja. Dan
(5). Faktor mental - psikologis, misalnya : suasana kerja, hubungan diantara pekerja dan pengusaha (Suma'mur, 1994).
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan, minat, emosi, kehendak, berfikir, motivasi, persepsi, sikap, reaksi dan sebagainya (Azwar S.,2005). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan masyarakat atau individu, yaitu :
a. faktor dasar (predisposing factor),
mencakup pengetahuan, sikap, kebiasaan, kepercayaan, norma sosial dan unsur lain yang terdapat dalam diri individu di dalam masyarakat yang terwujud dalam motivasi.
b. faktor pendukung (enabling factor), mencakup sumber daya atau potensi masyarakat, terwujud dalam tersedianya alat dan fasilitas serta peraturan.
c. faktor pendorong (reinforcing factor), mencakup sikap dan perilaku dari orang lain yang terwujud dalam dukungan sosial. (Green, 2000).

C. Hasil Survei Pendahuluan

Berdasarkan hasil survei pendahuluan diketahui kadar debu udara rata-rata di PLTU Cilacap mencapai lebih dari 4,35 mgr/m3.. Sedangkan menurut surat edaran Menteri Tenaga Kerja Nomor : SE.01/MEN/1997 tentang Nilai Ambang Batas (NAB) Faktor Kimia di Udara Lingkungan Kerja adalah 2 mg/m3 udara. Dengan hasil ini maka kadar abu terbang udara rata-rata di PLTU CIlacap telah melebihi ambang batas yang diperbolehkan. Jika hal ini dibiarkan saja maka dapat mengganggu kesehatan dan kenyamanan kerja. Adapun salah satu gangguan kesehatan tenaga kerja yang diakibatkan oleh pemaparan abu terbang, adalah terjadinya penurunan fungsi paru yang merupakan salah satu penyakit akibat kerja.

D. Gangguan dan Kecelakaan

Gangguan yang diderita tenaga kerja adalah gangguan kesehatan yang dapat diakibatkan karena terkena penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau sering disebut penyakit akibat kerja, yaitu suatu penyakit, kelainan atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh dan atau diderita ketika melakukan pekerjaan (Suma'mur, 1997). Selain itu juga bisa terjadi kecelakaan kerja yang terjadi pada waktu menjalankan pekerjaan atau dalam perjalanan dari dan ke tempat kerja. Penyakit akibat kerja ini juga dapat dikategorikan sebagai kecelakaan kerja (Soejarsono, 1994).
Kecelakaan kerja dapat disebabkan oleh faktor kondisi lingkungan dan manusia. Faktor-faktor bahaya yang disebabkan oleh kondisi lingkungan kerja antara lain adalah :
(1). Faktor fisik
penerangan, suara, radiasi, suhu, kelembaban dan tekanan udara.
(2). Faktor kimia
gas, uap, abu terbang, kabut, asap, awan, cairan dan benda padat.
(3). Faktor biologi
virus dan bakteri baik dari golongan tumbuhan atau hewan.
(4). Faktor ergonomi atau fisiologis
konstruksi mesin, sikap dan cara kerja. Dan


(5). Faktor mental – psikologis
suasana kerja, hubungan diantara pekerja dan pengusaha (Suma’mur, 1994)

E. Upaya Penanganan

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengendalikan serta memperkecil kemungkinan terjadinya penurunan fungsi paru pada pekerja, dapat dilakukan dengan pengendalian teknis terhadap sumber bahaya, dan jika hal tersebut tidak mungkin dilakukan, maka dapat dilakukan pengendalian secara administratif. Salah satu caranya adalah dengan memakai Alat Pelindung Diri (APD). Pemakaian APD ini merupakan alternative terakhir dari berbagai macam metode pengendalian. Penangulangan dengan APD ini dapat dilakukan dengan cara pemberian dan penggunaan masker, helm proyek, jaket dan sarung tangan pada pekerja. Namun kendala yang sering muncul adalah keengganan sebagian besar tenaga kerja untuk memakai masker, helm proyek, jaket dan sarung tangan pada waktu bekerja, meskipun mereka telah diberi pembinaan tentang manfaat masker. Dan hal ini akan menyebabkan penimbunan abu terbang dalam paru dalam waktu yang lama (Wijaya, 1993).


F. Kerangka Teori




Gambar 1. Modifikasi Teori Perilaku Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2003)







BAB III
METODE PENELITIAN


A. Jenis dan Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik observasional. Pendekatan yang digunakan adalah cross sectional dengan mempelajari dinamika korelasi antara faktor resiko pemakaian masker dengan efek fungsi paru, yang diobservasi pada satu saat.
Metodelogi Penelitian yang digunakan adalah metodelogi penelitian kualitatif karena data yang dihasilkan adalah data deskriptif. Data deskriptif yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami peristiwa tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, mengenai umur, pengetahuan, sikap (kesukaan), asupan gizi, pendidikan, sosial ekonomi, motivasi, ketersediaan fasilitas, keterjangkauan jarak dengan sumber penyakit. Peneliti berusaha mendeskripsikan secara terperinci fenomena yang sedang diteliti sehingga data yang dikumpulkan berupa ucapan, tulisan, perilaku yang dapat diamati secara langsung.

B. Subyek Penelitian
Subyek pada penelitian ini adalah para pekerja PLTU Cilacap. Subyek dipilih karena perilaku para pekerja yang tidak mematuhi pemakaian APD pada waktu bekerja dan pada saat berada di tempat kerja, padahal perilaku tersebut dapat menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan mengancam kesehatan dan keselamatan manusia. Salah satu permasalahan kesehatan yang diakibatkan oleh kelalaian pemakaina APD ( masker, dll ) yaitu terpaparnya abu terbang pada pekerja.


C. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dilakukan di PLTU Cilacap.

D. Sumber Data
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang dikumpulkan dan diperoleh secara langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian. Sumber data ini dicatat melalui catatan tertulis atau perekaman video audio tape, pengambilan foto, atau film. Sumber data langsung dari informan yang sudah ditentukan.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau yang dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber yang telah ada. Sumber data berupa sumber tertulis yan dibagi atas sumber buku dan makalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi.

E. Cara Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi ini dilakukan untuk melihat dan mengamati semua tindakan yang dilakukan informan setiap harinya pada waktu bekerja, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya.
2. Wawancara Mendalam
Wawancara ini tidak dilakukan dengan struktur yang ketat, tetapi dengan pertanyaaan yang semakin mendalam, sehingga informasi yang dikumpulkan cukup mendalam. Cara ini akan mampu menggali kejujuran subjek penelitian untuk memberikan informasi yang sebenarnya tentang dampak yang pekerja rasakan karena dampak paparan abu pembakaran batubara PLTU Cilacap. Proses wawancara dilakukan dengan cara : peneliti menemui subjek penelitian, kemudian peneliti terlebih dahulu mengkonfirmasikan maksud peneliti, menentukan waktu wawancara dan kesediaan untuk menjadi subjek penelitian yang akan direkam saat wawancara berlangsung, sehingga diharapkan data yang didapatkan lebih jelas.
3. Analisis Dokumen ( Content Analysis )
Analisis dokumen adalah teknik yang dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen yang ada di media masa, buku, dan kepustakaan lainnya.

F. Metode Analisis
Analisis data yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
G. Validitas Data
Validitas data dilakukan dengan teknik triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data dengan cara melakukan pengambilan data, dengan memanfaatkan sumber pada pengumpulan data sebelumnya ( Meleong, 1990 ). Triangulasi dapat dilakukan antara lain dengan :
a. Mencocokan data hasil pengamatan dengan situasi penelitian dengan apa yang dikatakan dengan informan.
b. Mencocokan hasil wawwancara dengan isi dokumen berhubungan.
c. Mencocockan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara.
d. Mencocokan informasi yang diberikan informan dengan informasi yang diberikan oleh orang terdekatnya atau pendapat para ahli.



H. Jadwal Penelitian



















DAFTAR PUSTAKA


Abidin Zaenal. dkk. 2008. Hubungan Perilaku Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Jurnal sekolah tinggi teknologi niklir. Batan.

Azwar, S. 2005. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. edisi kedua. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Suce Betty, N. dkk. 2008. Pengaruh Kedisiplinan Pemakaian Masker Tterhadap Penurunan Fungsi Paru Pada Tenaga Kerja. Jurnal kesehatan lingkungan fakultas ilmu kesehatan UMS. Surakarta.

Green, L. W. Kreuter 2000. Health Promotion Planning, An Educational and Environmental Approach, 2nd Edition, Mayfield Publishing Company. California

Heryuni. 1991. Pemeriksaan Kadar Debu dalam Udara Lingkungan Kerja : Pusat Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Jurnal Higiene Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Vol. XXVI, No. 2

Hwang, J.Y. 1991. Beneficial Use of Fly Ash, Technical Report, Michigan Technologycal University. http://www.ceramicbulletin.org. diakses pada tanggal 1 Juni 2010.

Hwang, J.Y dan Huang, X. 1995, “Refractory Material Produced from Beneficiated Fly Ash”, Proceedings 11th International Symposium on Use and Management of Coal-Combustion By Products, Orlando, January, Vol.1, pp.32-1-13.

Mleong, Lexy. J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Rosda Karya. Bandung.

PT PLN (Persero) dan PT Kema Teknologi Indonesia. 1997. “Pengelolaan Abu Terbang dan Abu Dasar Pembangkit Listrik Dengan Bahan Bakar Batu bara di Indonesia”, Laporan Teknik. Diakses pada tanggal 1 Juni 2010.


Setiawati L. 1996. ”Kesehatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan Kerja”. Pelatihan Keahlian Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Bagi Guru-guru SMK DIY.


Simanjuntak. 1991. Kelestarian Usaha dan Pengembangan Potensi Ekonomi dari Investasi Melalui Perlindungan Tenaga Kerja. PUSPERKES dan DEPNAKER RI, Jakarta.


Soejarsono, 1994, Petuniuk Praktikum Fungsi Paru dengan Spirometer. Program D3 Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran UNS, Surakarta.

Suma'mur, P. K. 1997. Byssinosis : Pusat Hiperkes Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia. Jurnal Higiene Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Volume XII, No. 3 dan 4.


Wijaya C. 1993. Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja. Buku Kedokteran Indonesia, Jakarta.
◄ Newer Post Older Post ►