Hujan yang mengguyur wilayah Pantura Kabupaten Indramayu, selama empat hari berturut turut mengakibatkan belasan hektar sawah terendam banjir.
Kepala Desa Sukra Wetan Warim, Kamis (13/1) mengatakan, hujan selama empat hari terus mengguyur daerah Pantura Indramayu, sehingga menyebabkan sekitar 12 hektar sawah di desanya terendam banjir, padahal padi belum lama ditanam.
Menurut Warim, petani sering mendapat gangguan terutama masalah air. Pada musim kemarau kekeringan sementara saat musim hujan banjir melanda kawasan pertanian di Indramayu.
Warim mengatakan, cara pompanisasi memang dapat menyurutkan air banjir namun jika hujan terus menurus tidak dapat mereka lakukan. Semenjak musim tanam hingga sekarang curah hujan masih tetap tinggi, padahal berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya Januari tepat tanam.
Hal yang sama dikatakan Castem salah seorang petani di Indramayu bagian barat. Castem mengeluhkan hujan yang terus mengguyur lahan pertanian karena tanaman padi yang berusia di bawah satu bulan tidak tahan genangan air dan jika terus terendam banjir biasanya tanaman padi akan membusuk, sehingga petani sering merugi meski ada kesempatan mereka untuk tanam kembali.
Sementara itu, sejumlah petani di Desa Karang Tumaritis Kecamatan Haurgeulis terhidar dari kegagalan masa tanam, karena rata-rata petani setempat telah mengubah tanaman dari padi ke jeruk mipis.
Kepala desa setempat Marno menerangkan, tanaman jeruk mipis cukup menguntungkan petani, selain harga jeruk mipis dipasaran stabil sekitar Rp 6000 per kilogram, tanaman tersebut tahan berbagai serangan hama, meski terendam banjir tanaman jeruk mipis kuat.
Menurut Marno, lahan pertanian jeruk mipis di daerahnya saat ini sekitar 200 hektare. Sebelumnya petani menanam padi, namun kini mereka beralih menekuni dan terus mengembangkan tanaman jeruk mipis tersebut karena pemasarannya sangat mudah. (ant)
Kepala Desa Sukra Wetan Warim, Kamis (13/1) mengatakan, hujan selama empat hari terus mengguyur daerah Pantura Indramayu, sehingga menyebabkan sekitar 12 hektar sawah di desanya terendam banjir, padahal padi belum lama ditanam.
Menurut Warim, petani sering mendapat gangguan terutama masalah air. Pada musim kemarau kekeringan sementara saat musim hujan banjir melanda kawasan pertanian di Indramayu.
Warim mengatakan, cara pompanisasi memang dapat menyurutkan air banjir namun jika hujan terus menurus tidak dapat mereka lakukan. Semenjak musim tanam hingga sekarang curah hujan masih tetap tinggi, padahal berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya Januari tepat tanam.
Hal yang sama dikatakan Castem salah seorang petani di Indramayu bagian barat. Castem mengeluhkan hujan yang terus mengguyur lahan pertanian karena tanaman padi yang berusia di bawah satu bulan tidak tahan genangan air dan jika terus terendam banjir biasanya tanaman padi akan membusuk, sehingga petani sering merugi meski ada kesempatan mereka untuk tanam kembali.
Sementara itu, sejumlah petani di Desa Karang Tumaritis Kecamatan Haurgeulis terhidar dari kegagalan masa tanam, karena rata-rata petani setempat telah mengubah tanaman dari padi ke jeruk mipis.
Kepala desa setempat Marno menerangkan, tanaman jeruk mipis cukup menguntungkan petani, selain harga jeruk mipis dipasaran stabil sekitar Rp 6000 per kilogram, tanaman tersebut tahan berbagai serangan hama, meski terendam banjir tanaman jeruk mipis kuat.
Menurut Marno, lahan pertanian jeruk mipis di daerahnya saat ini sekitar 200 hektare. Sebelumnya petani menanam padi, namun kini mereka beralih menekuni dan terus mengembangkan tanaman jeruk mipis tersebut karena pemasarannya sangat mudah. (ant)