Pengambilan keputusan dalam menentukan tingkat kecerahan yang akan diterapkan harus berdasarkan perubahan behaviour udang melalui pemantauan dan pengamatan visual secara cermat agar tidak menimbulkan masalah. Secara praktis tingkat kecerahan yang dibutuhkan udang dapat diamati melalui perubahan warna kulit/chitin dari udang
sebagai salah satu indikatornya karena chitin mempunyai karakteristik tersendiri yaitu peka terhadap perubahan lingkungan perairan, karena pada saat udang moulting zat chitin akan menyerap bahan-bahan yang diperlukan dalam pembentukan kulit yang baru dari lingkungan perairan sekitarnya. Indikator yang dapat dipakai untuk mengukur kebutuhan udang terhadap kecerahan air tersebut adalah :
- Kecerahan air telalu tinggi, biasanya kulit udang berwarna kusam kecoklatan. Kondisi ini mengisyaratkan bahwa udang membutuhkan kecerahan air yang lebih rendah dan jika tidak segera diantisipasi akan dapat menimbulkan beberapa masalah antara lain tubuh udang lembek, tingkat keseragaman udang dalam populasi akan bervariasi dan secara tidak langsung dapat menurunkan populasi udang di dalam tambak.
- Kecerahan air terlalu rendah/pekat, biasanya kulit udang berwarna lebih pucat dari biasanya. Kondisi ini mengisyaratkan bahwa udang membutuhkan kecerahan air perlu ditinggikan/diencerkan dan jika tidak segera diantisipasi akan dapat menimbulkan beberapa masalah antara lain : nafsu makan udang menurun, hepatopanchreas menyusut sehingga rentan terhadap penyakit.
Pengelolaan tingkat kecerahan air tambak yang mempunyai korelasi secara langsung
dengan kelimpahan plankton pada dasarnya merupakan pengelolaan pertumbuhan plankton di dalam tambak dengan standar kelimpahan yang dibutuhkan udang dan keseimbangan ekosistem perairan tambak.