Sejak tahun 1996, Tukimin sebenarnya sudah menekuni dunia anyaman serat dari pandan, eceng gondok, dan agel. Namun, baru di tahun 2008, bapak yang kini juga menjabat seorang lurah ini beralih dan fokus dalam mengembangkan kerajinan berbahan dasar pelepah pisang. Ditemui di rumahnya yang berada di Tanggulangin, Tanjungharjo, Nanggulan, Kulonprogo (5/2), Tukimin menerangkan awalnya beralih ke kerajinan pelepah pisang karena ingin sesuatu yang lain dan baru. “ Kalau saya masih tetap mengembangkan kerajinan pandan, agel, dan eceng gondok pasti saya tidak akan maju karena persaingan produk yang tinggi, makanya saya beralih ke pisang yang masih awam bagi kebanyakan orang dan bahan bakunya yang melimpah”, penjelasan Pak Tukimin kepada tim bisnisUKM.
Menurut Tukimin, serat pelepah pisang lebih halus dan empuk jika dibanding serat bahan lainnya. Sehingga ketika diolah menjadi produk kerajinan, hasilnya juga lebih berkualitas. Proses produksinya juga tidaklah terlalu rumit, pelepah pisang dikeringkan terlebih dahulu selama 10 hari langsung di bawah sinar matahari. Setelah itu serat-serat dari pelepah pisang tersebut dipilin. Hasil pilinan serat tersebut dianyam hingga menjadi berbagai macam produk kerajinan. Kemudian dilakukan finishing produk yang sesuai dengan permintaan pasar.
Saat ini, Tukimin dengan CV. Indo Seagrassnya memiliki kurang lebih 250 jenis produk kerajinan dari pelepah pisang. Aneka tas, karpet, box, keranjang, dan furniture rumah tangga menjadi produk andalan yang kapasitas produksinya 1 kontainer per bulannya. Harga yang ditawarkan per produknya juga beraneka ragam, mulai dari ribuan hingga jutaan sesuai dengan jenis dan ukurannya. Pasar mancanegara ternyata juga menyambut baik produk kerajinan gedebog pisangnnya. Bahkan Tukimin mengakui jika produknya lebih laris di pasar mancagera dibandingkan pasar lokal. Negara-negara di Eropa, Hongkong, Jepang menjadi langganan tetap produk pelepah pisang tersebut.
Saat ini Indo Seagrass memiliki 6 relasi perusahaan eksportir yang secara rutin memasok produk kerajinan gedebog(pelepah) pisang ke luar negeri. Hal tersebut membuat Tukimin kini memiliki kurang lebih 7 produsen binaan yang ada di Jogja dan Jateng untuk membantu memenuhi permintaan pasar yang sangat tinggi. “Tujuan utama saya bisa mengajak masyarakat untuk berkarya dan berproduksi dengan jiwa dan kreatifitas tinggi”, kata Pak Tukimin tentang produsen binaan yang beliau miliki.
Selain rutin memproduksi kerajinannya tersebut, disela-sela kesibukannya sebagai lurah, Pak Tukimin juga sering dimintai untuk mengisi pelatihan pengolahan berbagai kerajinan. Banyak dari kalangan mahasiswa, UKM-UKM yang sering meminta Pak Tukimin menjadi trainer pengolahan bahan serat alam tersebut. “Saya tidak mau pelit berbagi ilmu. Penjiplakan desain atau peniruan ide adalah hal biasa dalam usaha. Hal itu justru terus memicu saya agar tetap kreatif dan tampil beda,” ujarnya.
Indo Seagrass memang tergolong istimewa, karena diakui Pak Tukimin selama ini beliau tidak menjalankan pemasaran aktif seperti kebanyakan usaha-usaha lainnya. Semua permintaan dan order ditangani sendiri oleh Pak Tukimin. Namun meskipun tidak menjalankan pemasaran secara aktif, permintaan akan produknya makin meningkat tinggi. Dan saat ini, selain fokus di produksi kerajinannya, Indo Seagrass juga berencana untuk memperbaiki sarana fasilitas produksi agar semakin bisa memenuhi tuntutan pasar yang makin tinggi.
Sumber : informasi-budidaya.blogspot.com/search/label