TAHUN Baru Imlek 2562 jatuh pada hari Kamis, 3 Februari 2011. Besoknya, Jumat, 4 Februari 2011 terjadi estafet shio dari Tahun Macan ke Tahun Kelinci. Menurut kepercayaan Tionghoa, pergantian dari macan ke kelinci membawa perubahan yangt sedikit menggembirakan.
Sesuai dengan sifat kelinci yang licah dan anggun, Tahun Kelinci juga akan ditandai dengan keanggunan, sopan santun, penuh keindahan. Sikap manusia akan lebih santun, lemah lembut, tanpa kekerasan.
Perniagaan atau ekonomi jauh lebih stabil. Kesejahteraan akan lebih baik. Hal itu dikuatkan dengan sesanti Tahun Kelinci yakni “Harta benda Menghiasi Rumah dan Laku Bijak Menghiasi Diri”. Namun menurut tetua di Majlis Agama Konghucu, tidak berarti masyarakat bisa berlaku santai atau seenaknya. Tantangan yang “melawan” Tahun Kelinci itu juga banyak dan berat. Apalagi Tahun Kelinci ini disebut juga Tahun Kelinci Logam. Ada unsur unsur logam pada shio logam yang bisa saja justru menjadi penghalang atau hambatan. Kesejahteraan dan ekonomi yang meningkat, bukan mustahil akan berantakan Tentu saja harapan semua orang, unsure logam pada shio kelinci itu justru menjadi penguat segala kebaikan tahun 2562 ini.
Karena itu sebagai anggota masyarakat, manusia harus selalu membaca diri, introspeksi, dan melakukan perniagaan atau pekerjaan dengan sikap jujur serta selalu berbuat baik, Harapan itu disampaikan jemaat Kelenteng Xie Tian Gong atau Vihara Satya Budhi.
Perayaan Imlek Masuki Tahun Kelinci
Ribuan umat Kong Hu Cu dan turunan Tionghoa, mulai memadati Vihara Satyabudhi di kawasan Sudirman Bandung. Perayaan Tahun Baru Cina atau Imlek dilakukan dengan cara beribadah ke vihara, sambil mengucap syukur, serta pengharapan yang lebih baik di masa depan. Berbagai sesaji berupa dupa hingga buah-buahan dimaknai sebagai persembahan kepada dewa.
Tahun baru kali ini memasuki kejayaan kelinci emas. Berdasarkan mitologi cina atau fengshui, kelinci memiliki sifat cekatan, keindahan, serta keanggunan. Tahun kelinci dipercaya membawa kebaikan dan kedamaian. Hal tersebut akhirnya memberikan harapan agar kedamaian di dunia dapat terwujud.
Perayaan imlek tidak terlepas dengan puluhan pengemis yang telah menunggu di halaman vihara. Adanya budaya memberikan sumbangan atau angpao bagi orang tidak mampu, menjadi alasan puluhan pengemis rela rebutan mendapatkan uang sumbangan dari pengunjung vihara.
Pelepasan Burung Pipit, Simbol Buang Sial
Perayaan Imlek disambut suka cita oleh umat Kong Hu Cu dan turunan Tionghoa. Berbagai tradisi serta mitos selalu berkaitan dengan perayaan imlek. Selain tradisi kue keranjang serta angpao, perayaan Imlek juga mengenai mitos pelepasan burung pipit. Pelepasan burung pipit tersebut merupakan simbol membuang sial, sehingga dalam menjalani sepanjang tahun baru, diharapkan dapat terwujud kehidupan lebih baik. Biasanya, pelepasan burung pipit dilakukan setelah peribadatan di vihara.
Mitos pelepasan burung pipit memberikan keuntungan tersendiri bagi penjual burung pipit, salah satunya Cece. Cece merupakan pedagang burung pipit yang telah berjualan di Vihara Satyabudhi Bandung, sejak enam tahun lalu. Satu burung pipit ia hargai berkisar seribu rupiah. Biasanya, pengunjung vihara membeli burung pipit hingga puluhan ekor.
Diakui Cece, perayaan imlek tahun ini tidak seramai tahun lalu. Tahun lalu, ia bisa menjual burung hingga 4 ribu ekor. Namun, tahun ini ia baru menjual seribu ekor. Ribuan burung pipit Cece dapatkan dari beberapa daerah, diantaranya Ciwidey dan Cimahi.
Sesuai dengan sifat kelinci yang licah dan anggun, Tahun Kelinci juga akan ditandai dengan keanggunan, sopan santun, penuh keindahan. Sikap manusia akan lebih santun, lemah lembut, tanpa kekerasan.
Perniagaan atau ekonomi jauh lebih stabil. Kesejahteraan akan lebih baik. Hal itu dikuatkan dengan sesanti Tahun Kelinci yakni “Harta benda Menghiasi Rumah dan Laku Bijak Menghiasi Diri”. Namun menurut tetua di Majlis Agama Konghucu, tidak berarti masyarakat bisa berlaku santai atau seenaknya. Tantangan yang “melawan” Tahun Kelinci itu juga banyak dan berat. Apalagi Tahun Kelinci ini disebut juga Tahun Kelinci Logam. Ada unsur unsur logam pada shio logam yang bisa saja justru menjadi penghalang atau hambatan. Kesejahteraan dan ekonomi yang meningkat, bukan mustahil akan berantakan Tentu saja harapan semua orang, unsure logam pada shio kelinci itu justru menjadi penguat segala kebaikan tahun 2562 ini.
Karena itu sebagai anggota masyarakat, manusia harus selalu membaca diri, introspeksi, dan melakukan perniagaan atau pekerjaan dengan sikap jujur serta selalu berbuat baik, Harapan itu disampaikan jemaat Kelenteng Xie Tian Gong atau Vihara Satya Budhi.
Perayaan Imlek Masuki Tahun Kelinci
Ribuan umat Kong Hu Cu dan turunan Tionghoa, mulai memadati Vihara Satyabudhi di kawasan Sudirman Bandung. Perayaan Tahun Baru Cina atau Imlek dilakukan dengan cara beribadah ke vihara, sambil mengucap syukur, serta pengharapan yang lebih baik di masa depan. Berbagai sesaji berupa dupa hingga buah-buahan dimaknai sebagai persembahan kepada dewa.
Tahun baru kali ini memasuki kejayaan kelinci emas. Berdasarkan mitologi cina atau fengshui, kelinci memiliki sifat cekatan, keindahan, serta keanggunan. Tahun kelinci dipercaya membawa kebaikan dan kedamaian. Hal tersebut akhirnya memberikan harapan agar kedamaian di dunia dapat terwujud.
Perayaan imlek tidak terlepas dengan puluhan pengemis yang telah menunggu di halaman vihara. Adanya budaya memberikan sumbangan atau angpao bagi orang tidak mampu, menjadi alasan puluhan pengemis rela rebutan mendapatkan uang sumbangan dari pengunjung vihara.
Pelepasan Burung Pipit, Simbol Buang Sial
Perayaan Imlek disambut suka cita oleh umat Kong Hu Cu dan turunan Tionghoa. Berbagai tradisi serta mitos selalu berkaitan dengan perayaan imlek. Selain tradisi kue keranjang serta angpao, perayaan Imlek juga mengenai mitos pelepasan burung pipit. Pelepasan burung pipit tersebut merupakan simbol membuang sial, sehingga dalam menjalani sepanjang tahun baru, diharapkan dapat terwujud kehidupan lebih baik. Biasanya, pelepasan burung pipit dilakukan setelah peribadatan di vihara.
Mitos pelepasan burung pipit memberikan keuntungan tersendiri bagi penjual burung pipit, salah satunya Cece. Cece merupakan pedagang burung pipit yang telah berjualan di Vihara Satyabudhi Bandung, sejak enam tahun lalu. Satu burung pipit ia hargai berkisar seribu rupiah. Biasanya, pengunjung vihara membeli burung pipit hingga puluhan ekor.
Diakui Cece, perayaan imlek tahun ini tidak seramai tahun lalu. Tahun lalu, ia bisa menjual burung hingga 4 ribu ekor. Namun, tahun ini ia baru menjual seribu ekor. Ribuan burung pipit Cece dapatkan dari beberapa daerah, diantaranya Ciwidey dan Cimahi.
(D-004) *** BB edisi 6 bulan Februari 2011