BANDUNG,(BB) – Jawa Barat sejauh ini masih mengalami kesulitan untuk mengatasi jumlah pengangguran. Saat ini, di JawaBarat terdapat sekitar tiga juta penganggur murni. Tingkat pengangguran yang cukup tinggi ini telah menimbulkan berbagai dampak sosial.
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jabar, Drs.H.Mustopa Djamaludin.MSi menjawab pertanyaan BB mengatakan, tingkat pengangguran di Jabar sejauh ini memang cukup tinggi dan tidak berkurang. Itu karena Jabar merupakan daerah migrasi penduduk . Mereka datang untuk mengadu nasib di kota/kabupaten wilayah Jawa Barat. Misalnya , Kota Bandung sebagai ibukota provinsi sangat merasakan dampak dari migrasi penduduk tersebut.
Menurut Mustopa, berdasar hasil pencacahan, pada tahun 2011 akan ada sekitar 550.000 kesempatan kerja. Dari jumlah kesempatan kerja sebanyak itu, 60% untuk kebutuhan sektor informal.Antara lain untuk bidang jasa kontruksi, perumahan, jaringan jalan, moda angkutan dan untuk jasa kuliner. Untuk perumahan, pada tahun 2011 ini di Jawa Barat akan dibangun sekitar 60.000 rumah dalam berbagai tipe
Pada tanggal 9 Pebruari 2011 mendatang, pihak Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi bekerjasama dengan APJATI akan melakukan launching Balai Pelayanan Terpadu.
Balai ini sebagai pusat informasi yang membangun jaringan dengan badan/instansi terkait , seperti BKPMD, Kadin, investor juga jaringan antar negara . Balai Pelayanan Terpadu (BPT) di Jabar baru ada di dua kota, yakni di Sukabumi dan Subang.
Para investor atau lembaga yang membutuhkan tenaga kerja tinggal menghubungi BPT.
Terkait dengan upaya untuk mencetak tenaga kerja terampil, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jabar mengatakan, akan menghidupkan kembali mobil keliling Balai Latihan Kerja yang akan mengunjungi pelosok pedesaan. Peserta didik akan dilatih keterampilan sesuai dengan kebutuhan atau celah pasar .
“Mulai dari keterampilan service dynamo, pemasangan instalasi listrik , service tv, service hp, konpeksi, tatarias wajah/penganten dan tataboga,” tutur Mustopa memberi gambaran tentang materi latihan.
Penerapan materi itu, sejalan dengan perkembangan kebutuhan tenaga terampil di pedesaan. Saat ini kepemilikan sepeda motor contohnya, sudah meluas sampai kepelosok desa yang jauh dari jangkauan bengkel besar sepeda motor. Ada sekitar 6 juta sepeda beredar di wilayah Jawa Barat. Melihat peredaran sepeda motor di pedesaan, ini merupakan celah usaha untuk membuka bengkel.
Wirausaha Mandiri
Lebih lanjut dikatakan, selain menyelenggarakan pendidikan keterampilan dengan
mengirim petugas mobil keliling Balai Latihan Kerja ke pedesaan. Pihak Disnaker juga mendorong lembaga/penyelengara pendidikan keterampilan untuk fokus dalam memberi materi pada bidang yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar. Jika mendidik calon wirausaha, diarahkan untuk menjadi wirausaha yang mandiri. Begitu halnya dalam mempersiapkan tenaga kerja yang akan dikirim ke luar negeri.
Selama ini menurut Mustopa, banyak masalah yang mencuat menimpa tenaga kerja di luar negeri karena beberapa faktor. Mulai masalah bahasa, keterampilan , pengetahuan mengenai peralatan rumah tangga dan budaya. Tambahan ilmu pengetahuan dan keterampilan disesuaikan dengan negara yang membutuhkan. Untuk negara-negara Arab, calon tenaga kerja tentu harus mampu atau menguasai bahasa Arab atau bahasa mandarin untuk negara yang berbahasa Cina, seperti Hongkong dan Taiwan.
Pengetahuan mengenai peralatan rumah tangga juga tidak kalah pentingnya, diantaranya cara penggunaan setrika uap, mesin cuci serta alat masak makanan sampai alat pemanas air. Dari ketidak tahuan menggunakan peralatan dapur tersebut tidak jarang mencuatkan masalah.
“Karena tidak tahu cara penggunaan setrika uap, kain yang tengah dihaluskan jadi rusak. Kejadian tersebut, tentu saja bisa menimbulkan kemarahan si pemilik pakaian,” ungkap Mustopa mencontohkan hal seperti sepele, tapi dapat mencuatkan masalah antara majikan dan pekerja.
Tahun lalu jumlah kesempatan kerja mencapai sekitar 480 juta dengan rincian kebutuhan untuk jasa konstruksi 300.000 orang , transmigrasi 685 kepala keluarga, BPPMD 100.000 orang, angkatan kerja antar negara (AKAN) 24.000 orang, angkatan kerja antar daerah (AKAD) 12.000 orang dan AKL 47.000 orang. Sementara antara tahun 2005 – 2008, sejumlah pekerja mengikuti program magang di Jepang setelah melalui proses seleksi. Pada tahun 2005 jumlah peserta yang mengikuti seleksi magang sebanyak 1800 orang-diterima 200 orang, tahun 2006 peserta seleksi 700 orang – diterima 160 orang, 2007 peserta seleksi 920 orang – diterima 114 orang dan tahun 2008 peserta seleksi sebanyak 800 orang – diterima 115 orang.
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jabar, Drs.H.Mustopa Djamaludin.MSi menjawab pertanyaan BB mengatakan, tingkat pengangguran di Jabar sejauh ini memang cukup tinggi dan tidak berkurang. Itu karena Jabar merupakan daerah migrasi penduduk . Mereka datang untuk mengadu nasib di kota/kabupaten wilayah Jawa Barat. Misalnya , Kota Bandung sebagai ibukota provinsi sangat merasakan dampak dari migrasi penduduk tersebut.
Menurut Mustopa, berdasar hasil pencacahan, pada tahun 2011 akan ada sekitar 550.000 kesempatan kerja. Dari jumlah kesempatan kerja sebanyak itu, 60% untuk kebutuhan sektor informal.Antara lain untuk bidang jasa kontruksi, perumahan, jaringan jalan, moda angkutan dan untuk jasa kuliner. Untuk perumahan, pada tahun 2011 ini di Jawa Barat akan dibangun sekitar 60.000 rumah dalam berbagai tipe
Pada tanggal 9 Pebruari 2011 mendatang, pihak Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi bekerjasama dengan APJATI akan melakukan launching Balai Pelayanan Terpadu.
Balai ini sebagai pusat informasi yang membangun jaringan dengan badan/instansi terkait , seperti BKPMD, Kadin, investor juga jaringan antar negara . Balai Pelayanan Terpadu (BPT) di Jabar baru ada di dua kota, yakni di Sukabumi dan Subang.
Para investor atau lembaga yang membutuhkan tenaga kerja tinggal menghubungi BPT.
Terkait dengan upaya untuk mencetak tenaga kerja terampil, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jabar mengatakan, akan menghidupkan kembali mobil keliling Balai Latihan Kerja yang akan mengunjungi pelosok pedesaan. Peserta didik akan dilatih keterampilan sesuai dengan kebutuhan atau celah pasar .
“Mulai dari keterampilan service dynamo, pemasangan instalasi listrik , service tv, service hp, konpeksi, tatarias wajah/penganten dan tataboga,” tutur Mustopa memberi gambaran tentang materi latihan.
Penerapan materi itu, sejalan dengan perkembangan kebutuhan tenaga terampil di pedesaan. Saat ini kepemilikan sepeda motor contohnya, sudah meluas sampai kepelosok desa yang jauh dari jangkauan bengkel besar sepeda motor. Ada sekitar 6 juta sepeda beredar di wilayah Jawa Barat. Melihat peredaran sepeda motor di pedesaan, ini merupakan celah usaha untuk membuka bengkel.
Wirausaha Mandiri
Lebih lanjut dikatakan, selain menyelenggarakan pendidikan keterampilan dengan
mengirim petugas mobil keliling Balai Latihan Kerja ke pedesaan. Pihak Disnaker juga mendorong lembaga/penyelengara pendidikan keterampilan untuk fokus dalam memberi materi pada bidang yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar. Jika mendidik calon wirausaha, diarahkan untuk menjadi wirausaha yang mandiri. Begitu halnya dalam mempersiapkan tenaga kerja yang akan dikirim ke luar negeri.
Selama ini menurut Mustopa, banyak masalah yang mencuat menimpa tenaga kerja di luar negeri karena beberapa faktor. Mulai masalah bahasa, keterampilan , pengetahuan mengenai peralatan rumah tangga dan budaya. Tambahan ilmu pengetahuan dan keterampilan disesuaikan dengan negara yang membutuhkan. Untuk negara-negara Arab, calon tenaga kerja tentu harus mampu atau menguasai bahasa Arab atau bahasa mandarin untuk negara yang berbahasa Cina, seperti Hongkong dan Taiwan.
Pengetahuan mengenai peralatan rumah tangga juga tidak kalah pentingnya, diantaranya cara penggunaan setrika uap, mesin cuci serta alat masak makanan sampai alat pemanas air. Dari ketidak tahuan menggunakan peralatan dapur tersebut tidak jarang mencuatkan masalah.
“Karena tidak tahu cara penggunaan setrika uap, kain yang tengah dihaluskan jadi rusak. Kejadian tersebut, tentu saja bisa menimbulkan kemarahan si pemilik pakaian,” ungkap Mustopa mencontohkan hal seperti sepele, tapi dapat mencuatkan masalah antara majikan dan pekerja.
Tahun lalu jumlah kesempatan kerja mencapai sekitar 480 juta dengan rincian kebutuhan untuk jasa konstruksi 300.000 orang , transmigrasi 685 kepala keluarga, BPPMD 100.000 orang, angkatan kerja antar negara (AKAN) 24.000 orang, angkatan kerja antar daerah (AKAD) 12.000 orang dan AKL 47.000 orang. Sementara antara tahun 2005 – 2008, sejumlah pekerja mengikuti program magang di Jepang setelah melalui proses seleksi. Pada tahun 2005 jumlah peserta yang mengikuti seleksi magang sebanyak 1800 orang-diterima 200 orang, tahun 2006 peserta seleksi 700 orang – diterima 160 orang, 2007 peserta seleksi 920 orang – diterima 114 orang dan tahun 2008 peserta seleksi sebanyak 800 orang – diterima 115 orang.
(B-003)*** BISNIS BANDUNG edisi 6 bulan Februari 2011