KITA tidak merasa asing lagi melihat pohon bambu saat dalam perjalanan. Lebih sering lagi kita temui rumpun bambu di hutan belukar, ngarai, tepi sungai atau di dataran rendah yang panas. Pada musim hujan, pohon yang termasuk klasifikasi rumput ini, tampak begitu rimbun menyedapkan mata. Saat musim panas, daunnya sebagian menguning tatkala rumput sekitarnya terbakar matahari.
Penyebaran yang luas memungkinkan banyak sekali penggunaan bambu untuk tujuan yang berbeda, diantaranya untuk sumpit di kawasan Asia Timur seperti Jepang dan Korea, bahan anyaman untuk wadah, perangkap ikan, sampai alat musik dan obor penerangan. Bambu juga biasa dipakai untuk pagar rumah. Ada beraneka pohon bambu, dari jenis petung, apus, tulup, bambu kuning dan banyak lagi variannya. Bambu memiliki serat paling banyak dibandingkan jenis kayu lainnya.
Di tangan Nandang, bambu atau awi dalam bahasa Sunda, bisa dibuat menjadi sebuah kerajinan yang menghasilkan karya indah dan bermanfaat. Awalnya, pria berusia 60 tahun ini adalah karyawan pabrik. Sejak lama Nandang memiliki hobi mengukir benda dari bahan kayu. Namun beberapa tahun ini, sejak meninggalkan pekerjaannya sebagai buruh pabrik, bapak satu anak ini mencoba menggunakan media lain untuk mengukir, yaitu bambu.
Sudah banyak kerajinan bambu ukir yang dihasilkannya. Salah satunya adalah ukiran bambu yang memiliki relief berupa ular naga. Tidak hanya itu, Nandang pun menghasilkan beberapa karya lain, di antaranya ukiran kaligrafi, vas bunga, gelas, hiasan dinding dan masih banyak ragam yang lainnya yang terbuat dari bambu.
Waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan satu buah ukiran dari bambu, tergantung ukuran dan tingkat kesulitan pada bentuk yang diinginkan. Nandang bisa membuat sebuah ukiran bambu dalam waktu dua jam saja. Namun untuk ukiran dengan tingkat kesulitan tinggi dan berukuran tinggi 3 meter, Nandang membutuhkan waktu tak kurang dari 5 hari.
Proses pembuatannya dilakukan seorang diri, di tempat kediamannya di kawasan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang. Hanya dengan beberapa alat ukir saja, ia bisa membuat ukiran dari media bambu tersebut. Nandang menuturkan hasil kerajinan bambu ukir yang dibuatnya belum dipasarkan secara luas di masyarakat umum. Kendati demikian, Nandang mengaku sudah ada peminat dari negara tetangga atas hasil kerajinan bambu ukirnya.
Berbagai jenis kerajinan bambu ukir ini harga jualnya berbeda-beda, tergantung tingkat kesulitannya. Harga terendah adalah 50 ribu rupiah, hingga bernilai jutaan rupiah. Nandang mengatakan masih banyak hotel, restoran dan rumah makan khas Sunda yang tidak dilengkapi hiasan ornamen bambu. Padahal kerajinan bambu identik dengan budaya Sunda. Nandang berharap hasil karyanya dengan bentuk yang berbeda dari kerajinan bambu lainnya, dapat bermanfaat sebagai hiasan di tempat-tempat tadi, atau bahkan di rumah sendiri.
[D-025] *** file BISNIS BANDUNG 2011