Eksportir sebagian besar berada di wilayah Cirebon, Jawa Barat.
BANDUNG,BB - Produk berbahan baku rotan merupakan salah satu aset yang menjadi ciri khas Jawa Barat yang perlu dikembangkan dan dilestarikan keberadaannya. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan sehingga produk rotan dapat bersaing dikancah internasional, salah satu diantaranya yaitu melalui desain produk yang di hasilkannya. Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan berkomitmen untuk terus mendorong pengembangan industri kerajinan berbahan baku rotan. Apalagi, industri seat rotan merupakan salah satu aset pembangunan ekonomi Jawa Barat dan nasional, sekaligus menyumbang devisa negara yang cukup besar.
“Pemerintah Jawa Barat mendukung segala upaya untuk mendorong kembali industri rotan sebagai salah satu sumber pertumbuhan ekonomi masyarakat. Tentunya dibutuhkan perhatian serta sinergitas di antara segenap stake holders, baik pemerintah, pelaku bisnis, masyarakat maupun perguruan tinggi untuk bersama mengatasi berbagai permasalahan tersebut,” kata Heryawan, dalam sambutannya pada acara Pameran dan Penganugerahan Kompetisi Desain Produk Rotan tahun 2010 di Gedung New Majestic, Jalan Braga, Kota Bandung , Jumat lalu.
Gubernur mengatakan, sangat disayangkan bila dalam kurun waktu dua tahun terakhir ini, perkembangan industri funiture rotan kurang menggembirakan. Sehingga perlu upaya bersama dalam mendongkrak kembali perkembangan industri rotan nasional, khususnya di Jawa Barat. Salah satunya melalui gerakan cinta produk dalam negeri, pengembangan industri rotan, send teknologi, inovasi, dan informasi yang sesuai dengan perkembangan zaman.
Dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat diperoleh keterangan, tahun 2010 lalu, dalam konstelasi nasional, nilai ekspor produk seat dan kerajinan Indonesia mengalami penurunan sebesar 15,25 persen. Pada tahun 2009, nilai ekspor seat 2,249 triliun dolar AS, dimana kontribusi dari produk berbahan baku rotan mencapai 7,84 persen, kayu sebesar 59,48 persen dan steel sebesar 8,10 persen, dengan negara tujuan Amerika Serikat (AS) sebesar 25,96 persen, Perancis 10,89 persen, dan Jepang sebesar 10,81 persen.
Dari keseluruhan nilai ekspor seat yang begitu besar itu, ternyata kontribusi para pengusaha eksportir seat berbahan baku rotan adalah terbesar mencapai 60 persen (413 perusahaan) yang berada di wilayah Cirebon, Jawa Barat. “Tidaklah mengherankan, jika industri rotan di Cirebon menjadi andalan masyarakat dengan menyerap tenaga kerja yang cukup banyak, serta mampu meningkatkan pendapatan dan daya beli masyarakat,” tutur Heryawan .
Heryawan mengingatkan pemerintah daerah dan instansi di seluruh kabupaten/kota se-Jawa Barat, agar senantiasa memberi dukungan dalam pengembangan usaha para pengrajin rotan, serta turut memfasilitasi kepentingannya, baik dalam kegiatan promosi, penyediaan peralatan, bantuan permodalan maupun pelatihan industri rotan.
BANDUNG,BB - Produk berbahan baku rotan merupakan salah satu aset yang menjadi ciri khas Jawa Barat yang perlu dikembangkan dan dilestarikan keberadaannya. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan sehingga produk rotan dapat bersaing dikancah internasional, salah satu diantaranya yaitu melalui desain produk yang di hasilkannya. Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan berkomitmen untuk terus mendorong pengembangan industri kerajinan berbahan baku rotan. Apalagi, industri seat rotan merupakan salah satu aset pembangunan ekonomi Jawa Barat dan nasional, sekaligus menyumbang devisa negara yang cukup besar.
“Pemerintah Jawa Barat mendukung segala upaya untuk mendorong kembali industri rotan sebagai salah satu sumber pertumbuhan ekonomi masyarakat. Tentunya dibutuhkan perhatian serta sinergitas di antara segenap stake holders, baik pemerintah, pelaku bisnis, masyarakat maupun perguruan tinggi untuk bersama mengatasi berbagai permasalahan tersebut,” kata Heryawan, dalam sambutannya pada acara Pameran dan Penganugerahan Kompetisi Desain Produk Rotan tahun 2010 di Gedung New Majestic, Jalan Braga, Kota Bandung , Jumat lalu.
Gubernur mengatakan, sangat disayangkan bila dalam kurun waktu dua tahun terakhir ini, perkembangan industri funiture rotan kurang menggembirakan. Sehingga perlu upaya bersama dalam mendongkrak kembali perkembangan industri rotan nasional, khususnya di Jawa Barat. Salah satunya melalui gerakan cinta produk dalam negeri, pengembangan industri rotan, send teknologi, inovasi, dan informasi yang sesuai dengan perkembangan zaman.
Dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat diperoleh keterangan, tahun 2010 lalu, dalam konstelasi nasional, nilai ekspor produk seat dan kerajinan Indonesia mengalami penurunan sebesar 15,25 persen. Pada tahun 2009, nilai ekspor seat 2,249 triliun dolar AS, dimana kontribusi dari produk berbahan baku rotan mencapai 7,84 persen, kayu sebesar 59,48 persen dan steel sebesar 8,10 persen, dengan negara tujuan Amerika Serikat (AS) sebesar 25,96 persen, Perancis 10,89 persen, dan Jepang sebesar 10,81 persen.
Dari keseluruhan nilai ekspor seat yang begitu besar itu, ternyata kontribusi para pengusaha eksportir seat berbahan baku rotan adalah terbesar mencapai 60 persen (413 perusahaan) yang berada di wilayah Cirebon, Jawa Barat. “Tidaklah mengherankan, jika industri rotan di Cirebon menjadi andalan masyarakat dengan menyerap tenaga kerja yang cukup banyak, serta mampu meningkatkan pendapatan dan daya beli masyarakat,” tutur Heryawan .
Heryawan mengingatkan pemerintah daerah dan instansi di seluruh kabupaten/kota se-Jawa Barat, agar senantiasa memberi dukungan dalam pengembangan usaha para pengrajin rotan, serta turut memfasilitasi kepentingannya, baik dalam kegiatan promosi, penyediaan peralatan, bantuan permodalan maupun pelatihan industri rotan.
(C-004/D-008)*** BISNIS BANDUNG edisi 6 bulan Februari 2011