Sistem Transportasi di Batam

Otorita Batam atau Badan Pengusahaan FTZ Batam berencana membangun sarana transportasi publik berupa kereta api cepat (Monorail) serta jalan tol dengan nilai investasi ditaksir 4 triliun rupiah untuk menghindari kemacetan sepertihalnya DKI Jakarta.




Batam tidak ingin mengalami nasip sama dengan DKI Jakarta yang sistem transportasi public dan infrastrukturnya tidak mampu membendung lonjakan permintaan sebagai akibat dari tingginya pertumbuhan jumlah penduduk DKI.

Oleh karena itu, Batam sedari awal sudah mempersiapkan infrastruktur dan sistem transportasi masal yang handal untuk menghindari kemacetan yang menimbulkan ekonomi biaya tinggi. Salah satu system transportasi yang sudah dikembangkan adalah membangun Bus Way sepertihalnya DKI Jakarta. Selanjutnya, Batam akan membangun infrastruktur jalan tol dan sistem transportasi masal berupa monorail.

Direktur Pembangunan Badan Pengusahaan FTZ (BP) Batam, Budiman Maskan mengatakan, berdasarkan Master Plan dari Departemen Perhubungan yang dibuat 2009 lalu, pihaknya telah melakukan studi kelayakan pembangunan sarana trasnportasi masal berupa kereta api.

“Dari hasil studi kelayakan maka alternative yang akan digunakan untuk membangun transportasi masal di batam yakni sistem light rail transit (LRT) berupa monorail karena lebih simple dan efesien,” katanya.

Dari hasil studi kelayakan tersebut, maka alternatif yang akan dibangun untuk transportasi masal di Batam adalah monorail dengan dua jalur yakni Tanjunguncang-Batam Centre, sepanjang 17,7 kilometer dan Bandara Hang Nadim-Batuampar sepanjang 19,6 kilo meter.

BP Batam juga akan membangun jalan tol dengan rute Batuampar-Mukakuning-Bandara Hang Nadim sepanjang 24 kilo meter dengan dua jalur dan dua lajur.

Hasil studi kelayakan tentang pembangunan monorail dan jalan tol sudah diserahkan ke Menteri Perhubungan untuk disetujui, dan pembangunannya akan dimulai sekitar tahun 2013 hingga akhir 2015, lalu pada 2016 diperkirakan sudah bisa digunakan masyarakat.

Untuk membangun monorail dan jalan tol tersebut, kata Budiman dibutuhkan investasi sekitar 4 triliun rupiah dan dananya rencananya diperoleh dari pemerintah serta swasta.

Atasi Macet

Kepala Biro Perencanaan BP Batam, Istono mengatakan, pembangunan monorail dan jalan tol sebenarnya sudah direncanakan sejak era Habibie menjabat Ketua Otorita Batam. Itu dilakukan untuk mengatasi kemacetan seiring dengan pertumbuhan ekonomi Batam yang terus meningkat.

Pada saat ini saja, beberapa ruas jalan di Kota Batam seperti di Pelita, Muka Kuning, Bengkong dan Baloi sering terjadi kemacetan seperti Jakarta. Kondisi itu jika tidak diatasi sejak dini akan berpengaruh negatif terhadap citra Batam sebagai kota Industri dan dikuatirkan investor bisa merelokasi pabriknya dari Batam ke tempat lain. Pasalnya kemacetan bisa meningkatkan biaya produksi.

Kepala Bank Indonesia Batam dalam kajian ekonomi regional Provinsi Kepri, Elang Tripaptomo mengatakan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepri di kuartal dua tahun ini sebesar 7,43 persen dan dikuartal tiga diprediksi masih dikisaran 7 persen.

Tingginya pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepri itu mayoritas dikontribusi dari kota Batam sebagai kota industri yang pertumbuhannya setiap tahun lebih dari 7,0 persen. Salah satu sektor yang ikut berkontribusi adalah sektor konsumsi seperti konsumsi otomotif. Penjualan sepeda motor dan mobil di Batam setiap bulannya mencapai ratusan unit.

Oleh karena itu, langkah BP Batam membangun jalan tol serta monorail untuk mengatasi kemacetan dinilai warga Batam tepat. Rusdi (36) seorang warga Batam mengatakan, jika rencana itu bisa diwujudkan maka bisa menjadi katalis bagi pertumbuhan ekonomi Batam, dan dalam jangka panjang ekonomi Batam bisa lebih cepat pembangunannya. (gus).

◄ Newer Post Older Post ►