Nilai FCR optimal dapat diartikan sebagai FCR yang memiliki nilai  keuntungan (profit value) yang optimal baik secara teknis budidaya  maupun financial yang diperoleh melalui pengelolaan program pakan sesuai  dengan tingkat kebutuhan udang dalam satu siklus periode budidaya  udang.
Upaya untuk memperoleh nilai FCR yang optimal dapat dilakukan melalui beberapa alternative kegiatan sebagai berikut:
- Lakukan  pengamatan secara cermat terhadap tingkah laku benur/udang kecil pada  saat fase bulan pertama (awal tebar – sub fase minggu ke 4) untuk  mengetahui kebutuhan udang terhadap suplai pakan dari luar (pakan  buatan) yang disebabkan oleh kurangnya/habisnya stok pakan alami di  dalam perairan tambak. Jika benur/udang kecil sudah menunjukkan tingkah  laku (konvoi, merayap di dinding tambak, dsb), segera mulai dilakukan  pemberian pakan dengan system “blind feeding”.
 - Pada saat  melakukan “blind feeding” sebaiknya sudah mulai dilakukan cek pakan di  anco secara kasar untuk melakukan estimasi kebutuhan populasi udang  terhadap pakan per harinya.
 - Jika berdasarkan cek pakan  di anco tersebut di atas telah dapat diestimasikan kebutuhan pakan  hariannya, maka sebaiknya program pakan sudah mulai terukur. Pada  kondisi ini, frekuensi pakan harian sebaiknya sudah 3 kali sehari.
 - Lakukan  sampling udang pada saat awal bulan kedua atau pada saat udang  berukuran sekitar 2.5 gram – 5 gram (bisa dilakukan melalui sampling  anco maupun sampling jala). Kegiatan sampling awal ini bertujuan untuk  mengestimasi tingkat kehidupan populasi udang di dalam tambak  (SR=survival rate), kondisi dan kualitas udang, berat rata-rata udang  dalam populasi serta biomas udang dalam tambak.
Hasil sampling awal ini dapat digunakan untuk menentukan program pakan yang lebih terukur dan terarah. Jika populasi dan kondisi udang relative bagus maka frekuensi pakan harian sebaiknya sudah 5 kali.
Penjelasan terkait dengan frekuensi dan simulasi program pakan sudah diuraikan dalam pembahasan-pembahasan terdahulu. - Pada  saat program pakan yang telah disusun secara terukur dan terarah hal  yang mendasar yang perlu diperhatikan adalah lakukan penyesuaian program  pakan tersebut berdasarkan hasil pengamatan/cek pakan di anco agar  sesuai dengan tingkat kebutuhan udang yang cenderung berfluktuasi  tergantung dari kondisi dan kualitas udang. Keberadaan jumlah pakan  dianco pada saat cek anco dapat dibagi dalam 3 kategori, yaitu (i) pakan  habis, (ii) pakan masih tersisa dan (iii) pakan utuh.
Jika pakan dianco habis pada saat cek pakan, hal ini menunjukkan bahwa nafsu makan udang relative bagus, maka penyesuaian program pakan yang dapat dilakukan adalah melalui penambahan jumlah pakan harian. Lakukan hal yang sama pada kondisi yang sama pula.
Jika pakan dianco masih tersisa pada saat cek pakan, hal ini menunjukkan bahwa nafsu makan udang mengalami penurunan, maka penyesuaian program pakan yang dapat dilakukan adalah melalui pengurangan jumlah pakan harian. Jika kondisi ini terjadi selama beberapa hari maka dapat dilakukan pemberian pakan segar untuk mengembalikan nafsu makan udang. Lakukan penyesuaian program pakan lagi jika nafsu makan udang sudah normal kembali.
Jika pakan di anco ternyata masih utuh, maka kondisi seperti ini menandakan bahwa pakan tidak terkonsumsi sama sekali oleh udang. Kondisi ini dapat mengindikasikan telah terjadi masalah yang serius bagi udang. Lakukan pengurangan pakan secara drastis, selain itu lakukan pula pengecekan dasar tambak untuk mengetahui apakah telah terjadi kematian massal udang di dalam tambak. Keputusan yang perlu diambil terhadap kondisi seperti ini tergantung pada hasil cek dasar tambak dan perkembangan kondisi udang. - Lakukan sampling udang (menggunakan jala) secara  rutin dan periodik (10 harian – 2 mingguan) untuk mengestimasi  perkembangan tingkat kehidupan populasi udang di dalam tambak  (SR=survival rate), kondisi dan kualitas udang, berat rata-rata udang  dalam populasi serta biomas udang dalam tambak.
Hasil sampling secara periodik ini dapat digunakan sebagai alat kontrol untuk mengestimasikan perkembangan nilai FCR (Food Conversion Ratio) secara optimal. 
Beberapa upaya untuk memperoleh nilai FCR yang optimal  seperti tersebut di atas merupakan upaya secara umum yang dapat  dilakukan, dalam implementasinya upaya-upaya tersebut perlu disesuaikan  dengan kondisi dan media tambak yang digunakan. Sekali lagi prinsip  utama yang perlu digunakan adalah jangan sampai udang menuruti kita,  tapi sebaliknya kitalah yang harus menuruti kebutuhan udang.