Kepala Seksi data dan Informasi BMG Bandara Hang Hang Nadim Batam, Agus Salim Lacuda mengatakan, akibat cuaca ekstrim yang terjadi saat ini menyebabkan cuaca di provinsi Kepri khususnya Pulau Batam menjadi tidak menentu. Itu bisa dilihat dari kondisi yang ada sehari hari dimana jika terjadi panas sangat terik, namun tiba tiba bisa mendadak hujan.
“Gelombang tinggi dan kecepatan angin di perairan provinsi Kepri saat ini diatas rata rata dan akan berlangsung hingga akhir Januari sehingga pelayaran diminta waspada,” katanya, Kamis (20/1).
Cuaca ekstrim juga menyebabkan tinggi gelombang di perairan Kepri fluktuatif di kisaran 2-5 meter, sedangkan kecepatan angin mencapai lebih 30 meter per jam. Kondisi yang paling parah terjadi di perairan Natuna dan Anambas dengan tinggi gelombang lebih dari 5 meter.
Kondisi tersebut kata Agus harus diwaspadai kapal penumpang dan barang, karena bisa menyebabkan kapal tenggelam. Pasalnya, beberapa kapal sudah tenggelam di perairan Kepri seperti kapal Tugboat Panca Logam I yang berlayar dari Kalimantan Timur menuju Batam pada hari Sabtu (18/12). Kapal tenggelam di posisi 04'15"000 LS-114'47"BT sekitar pukul 14.00 WIB. Dua ABK berhasil diselamatkan sedangkan lima ABK lagi belum diketahui nasipnya.
Sebelumnya Kapal Marcopolo 47 yang membawa tongkang dari Singapura hendak menuju Jambi juga tenggelam di lokasi kejadian yang berjarak sekitar dua jam dari pelabuhan Batuampar Batam.
Selain di Perairan Kepri, BMKG juga menyebut ketinggian gelombang di laut Cina Selatan dan Samudera Pasifik timur Philipina diatas diatas lima meter, termasuk di Samudera Hindia selatan Jawa – Nusa Tenggara Barat.
Terganggunnya pelayaran di Provinsi Kepri menyebabkan pasokan bahan pangan yang sebagian besar dari Pulau Jawa tersendat sehingga harga harga bahan pangan meningkat.
Salah seorang pedagang di pasar induk Jodoh, Santi mengatakan harga harga sayuran saat ini masih tinggi karena pasokan belum normal. Meskipun harga cabe sudah turun menjadi 35 ribu sampai 50 ribu namun harga sayuran lainnya masih tetap tinggi, termasuk harga tahu, tempe, gula, telor dan beras.
Gagal Panen
Cuaca ekstrim yang terjadi di Perairan Kepri juga menyebabkan Petani rumput laut di Moro gagal melakukan panen karena mayoritas tanaman rusak disebabkan cuaca dan kondisi air laut menyebabkan tanaman berlumut dan batangnya hancur.
Kepala UPTD Kelautan dan Perikanan Kecamatan Moro Provinsi Kepulauan Riau, Syahrudin mengatakan, sebagian besar tanaman rumput laut petani di Kecamatan Moro rusak dan berjatuhan dari ikatannya. Akibatnya banyak tanaman rumput laut yang berlumut dan batangnya hancur sehingga tidak bisa dijual.
”Kerusakan tanaman rumput laut milik petani disebabkan perubahan cuaca air laut, akibatnya petani gagal panen,” katanya.
Untuk menghindari gagal panen, kata Syahrudin mestinya petani melakukan penanaman sesuai dengan periode iklim.
Menurut dia, idealnya petani mengembangkan budidaya rumput laut lebih tepat dalam bulan Maret 2011, bukan pada Nopember atau Desember 2010 lalu, karena tingkat curah hujan dan gelombang laut cukup tinggi pada saat itu.
Kondisi cuaca di laut yang tidak menentu diperkirakan akan berlangsung hingga Februari 2011, oleh karena itu Petani diminta untuk melakukan penanaman rumput laut sekitar Maret 2011. (gus).