Sepanjang tahun 2010 saja, terdapat 38 perusahaan galangan kapal yang sebagian besar berasal dari Singapura yang membangun pabrik di Batam dengan nilai investasi sekitar 275,15 juta dollar AS setara dengan 2,5 triliun rupiah dengan kurs 9.000 rupiah per dollar AS.
“Mereka (perusahaan galangan kapal) membangun pabriknya di hampir seluruh wilayah Batam dan paling banyak atau terpusat di kawasan industri Tanjung Uncang yang memang di bangun untuk industri shipyard,” kata Kabag Humas Badan Pengusahaan FTZ Batam (Otorita Batam), Dwi Djoko Wiwoho, Minggu (23/1).
Ditambahkan, Batam memang menjadi tempat alternatif yang paling menguntungkan bagi pelaku industri shipyard di Singapura untuk membangun pabriknya karena beberapa keuntungan. Pertama, jaraknya sangat dekat dengan Singapura sehingga mobilitas menjadi sangat lancar, terlebih kapal dari Batam ke Singapura dan sebaliknya selalu tersedia hingga tengah malam dengan jarak tempuh sekitar 50 menit.
Kedua, potensi laut Batam dengan kedalaman yang cukup sehingga sangat cocok untuk membangun pabrik galangan kapal.
Oleh karena itu, kata Djoko pemain industri shipyard global tidak hanya dari Singapura tetapi dari negara lain seperti Korea dan Amerika serta Timur Tengah juga banyak membangun pabriknya di Batam.
Industri Shipyard di Batam sudah berkembang pesat selama lima tahun terakhir. Menurut Djoko, pada tahun 2006 terdapat hanya empat perusahaan dengan total investasi senilai 7.600.000 dolar Amerika Serikat.
Lalu, pada tahun 2007 jumlah perusahaan shipyard yang beroperasi di Batam meningkat menjadi 13 perusahaan dengan investasi 65.200.000 dolar Amerika Serikat, tahun 2008 bertambah lagi 13 perusahaan dengan investasi 10.530.000 dolar Amerika Serikat dan tahun 2009 terdapat 15 perusahaan dengan investasi 13.100.000 dolar Amerika Serikat.
"Dengan demikian, total jumlah perusahaan shipyard yang beroperasi di Batam selama lima tahun berturut-turut sudah mencapai 83 perusahaan dengan total investasi 371.576.085 dollar AS, setara dengan 3,4 triliun rupiah,” katanya.
Menurut Djoko, berkembangnya industri shipyard di Batam dipengaruhi kebijakan pemerintah Singapura yang tidak menerima lagi industri shipyard di negara itu disebabkan keterbatasan lahan.
Kepala Badan Penanaman Modal (BPM) Kota Batam, Firma Marpaung mengatakan, Kota Batam memang saat ini sudah menjadi incaran pengusaha galangan kapal internasional karena Batam memiliki potensi untuk pengembangan industri tersebut.
Beberapa potensi yang dimiliki Batam adalah kedalaman pantainya yang sangat cocok untuk membangun pabrik shipyard kemudian ketersediaan tenaga kerja yang cukup dengan gaji yang sangat kompetitif jika disbanding dengan Vietnam dan China.
Kemudian Batam juga dekat dengan Singapura sehingga produksi yang dihasilkan dari Batam bisa dengan mudah dan cepat di kirim atau ekspor ke negara lain melalui pelabuhan Singapura.
“Batam juga sudah berstatus FTZ sehingga biaya produksi perusahaan bisa ditekan karena untuk impor bahan baku dan ekspor tidak dikenakan pajak maupun bea masuk,” katanya. (gus).