Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Batam, Dr. Nenden Siti. K.M.Kes mengatakan, perkembangan penyakit Aids yang disebabkan oleh virus HIV di Batam sudah cukup menguatirkan karena tingginya penderita dan angka kematian.
"Peningkatan angka penderita HIV/Aids di Batam tidak semata mata disebabkan jumlah penderitanya yang bertambah, namun sikap masyarakat yang lebih terbuka untuk melaporkan dan mengecek kesehatannya melalui fasilitas konsultasi gratis yang kami sediakan di RS Elisabeth dan RSUD," katanya, Jumat (21/1).
Dari layanan konsultasi dan cek gratis yang disediakan Pemerintah Kota Batam melalui Rumah Sakit Elisabeth dan RSUD Batam diketahui warga Batam yang teridentifikasi terkena virus HIV sebanyak 317 orang pada 2010 naik 16 persen dibanding 2009 yang 273 orang. Sedangkan warga yang sudah di vonis menderita Aids sebanyak 134 orang pada 2010 naik hingga 74 persen dibanding 2009 yang 77 orang.
Tingginya angka penderita HIV/Aids tersebut telah meningkatkan penderita yang meninggal, yakni sebanyak 42 orang sepanjang 2010 naik 17 persen disbanding 2009 yang 36 orang korban meninggal.
Menurut Nenden, data penderita HIV/Aids diperoleh dari survey terpadu yang dilakukan Dinas Kesehatan terhadap masyarakat yang tinggal di daerah rawan penyebaran virus HIV/Aids, seperti di Teluk Pandan Sintai, Teluk Bakau, Sameyong, Bukit Senyum, Tangki Seribu dan Pulau Amat Belanda Belakang Padang. Daerah tersebut merupakan tempat para pekerja seks komersial menjajakan dirinya.
"Survey terpadu dimaksudkan untuk memutus rantai penyebaran HIV-AIDS, dengan mendata masyarakat yang terjangkit HIV dan penderita AIDS, sekaligus memberikan pengobatan bagi penderita. Begitu juga dengan kelompok rentan yang akan kita berikan pemahaman sebagai upaya pencegahan," katanya.
Dikatakan, kegiatan tersebut dilakukan sebagai upaya penanggulangan penyebaran virus HIV serta penanggulangan penyakit AIDS yang semakin banyak di Kota Batam, dan untuk mensukseskan kegiatan tersebut pemerintah kota juga bekerjasama dengan seluruh elemen masyarakat terutama dengan Komisi Penanggulangan Aids Daerah (KPAD) Batam.
Kegiatan tersebut didanai global found dan direncanakan berlangsung selama tiga bulan.
Survey dilakukan secara acak dari berbagai responden. Diantaranya 1.000
pelajar/mahasiswa, 400 responden dari Rutan dan Lapas, 400 responden dari nelayan serta 500 responden dari wanita pekerja seks.
Pekerja Seks
Tingginya penderita HIV/Aids di Batam juga dipengaruhi oleh banyaknya pekerja seks komersial yang melakukan pekerjaanya secara tidak sehat. Pekerja seks komersial itu bisa dengan mudah dijumpai di hampir setiap sudut kota Batam seperti di Jodoh Square, Teluk Pandan Sintai, Teluk Bakau, Sameyong, Bukit Senyum, Tangki Seribu dan Pulau Amat Belanda Belakang Padan, di diskotik dan pub serta di tempat pijat dan refleksi atau SPA.
Salah seorang pekerja seks komersial yang biasa bekerja di Jodoh Square, Lisa mengatakan dia sudah menjadi pekerja seks komersial lebih dari 2 tahun untuk memenuhi kebutuhannya sehari hari dan keluarganya di kampong halaman. Itu dilakukan karena jika bekerja biasa gajinya rendah sehingga dia terpaksa menjual diri.
Menurut Yudi salah seorang tokoh pemuda Batam, jika pemerintah kota Batam tidak membersihkan para pekerja seks komersial tersebut dan menutup tempat prostitusi yang resmi maupun tak remi maka akan sulit memutus rantai penyebaran virus HIV/Aids sampai kapanpun. (gus).