ABSTRAK: Tulisan ini manyajikan ulasan tentang teknologi menjantankan (maskulinisasi) benih ikan nila yang efektif, praktis, serta menguntungkan. Ikan nila sangat mudah memijah terutama inbreeding. Akibatnya, pertumbuhannya lambat dan benih yang dihasilkan berukuran kerdil.
Untuk mengatasinya perlu dikembangkan budi daya ikan nila secara tunggal kelamin (monosex culture), yaitu hanya memelihara ikan jantan. Selain itu ikan nila jantan memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih cepat dan dagingnya lebih empuk dibanding ikan nila betina. Benih jantan dapat diproduksi dengan menggunakan hormon androgen sintetis seperti metil testosteron (MT) dalam pakan larva. Beberapa penelitian dan pengkajian di dalam dan luar negeri menunjukkan bahwa aplikasi pakan berhormon metil testosteron untuk maskulinisasi benih ikan nila menghasilkan 90−96% benih jantan.
Hasil penelitian dan kajian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Utara menunjukkan dosis hormon yang optimal dan aman adalah 15 mg MT/kg pakan. Hormon diaplikasikan pada tahap pembenihan maksimal selama 1 bulan. Penerapan teknologi maskulinisasi memberi keuntungan bersih Rp19.971.500/13 ekor induk/tahun, dengan B/C ratio 2,60, periode kembali modal setelah 13 induk betina memijah dan BEP Rp2.370.887/13 ekor induk/tahun. Untuk pembenihan nila tanpa maskulinisasi diperoleh keuntungan bersih Rp16.840.000/14 ekor induk/tahun, B/C ratio 2,50, periode kembali modal setelah 14 ekor induk betina memijah dan BEP Rp2.134.322/14 ekor induk/tahun.
Kata kunci: Ikan nila, pemberian pakan, metil testosteron, budi daya tunggal kelamin
teks lengkap >>