Kabag Humas Otorita Batam (BP Batam) Dwi Joko Wiwoho mengatakan, perusahaan coklat Malaysia yang bernama Guan Cong sudah mengajukan rencana investasi di Batam sejak semester satu 2010 dan direalisasikan akhir tahun ini karena seluruh proses perijinan sudah rampung dan saat ini perusahaan tersebut sedang melakukan pembangunan pabrik.
“Hingga akhir tahun 2010 ini ada beberapa perusahaan asing yang merealisasikan rencana investasinya di Batam termasuk Guan Cong yakni perusahaan coklat dari Malaysia yang sedang membangun pabrik di Tunas Industri Park,” katanya, Rabu (29/12).
Pembangunan pabrik yang dilakukan di Kawasan Industri Tunas diperkirakan selesai Januari 2011 sehingga sudah bisa berproduksi di kuartal satu 2011. Perseroan menyiapkan dana sekitar 12 juta dollar AS (108 miliar rupiah) untuk membangun pabrik dan operasional tahap awal.
Sementara itu, CEO Gun Cong, Brandon Tay Lian Hoe mengatakan, pabrik yang dibangun di Batam merupakan pabrik pengembangan dari yang sudah ada di Pasir Gudang Johor Malaysia.
"Kami bisa menikmati fasilitas status pajak dan insentif sebagai investor di Batam yang notabene masuk dalam Zona Perdagangan Bebas yang dilengkapi dengan infrastruktur yang baik," katanya.
Pengembangan pabrik ke Batam perlu dilakukan karena kapasitas produksi pabrik yang ada di Johor sudah maksimum yakni 80.000 ton per tahun sehingga perlu ditambah kapasitasnya untuk memenuhi lonjakan permintaan pasar global.
Dipilihnya Batam, kata dia disebabkan Batam merupakan kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas sehingga perseroan bisa mengurangi ongkos produksi dari beban pajak dan bea masuk barang yang akan di impor. Selain itu, perseroan juga mendapat keuntungan dari pengehematan pajak ekspor 10 persen yang dikenakan pemerintah Indonesia pada biji kakao dan biaya lainnya, termasuk ongkos angkut, karena biji kakao tidak lagi perlu dikirim ke Johor tetapi hanya di kirim ke Batam.
Untuk membangun pabrik di Batam, perseroan mendapat alokasi lahan seluas 3,3 hektare di Batam dan dana investasi yang dikeluarkan seluruhnya sekitar RM 80 miliar, dan pada tahap awal akan dikeluarkan sekitar 12 juta dollar AS.
Pabrik diharapkan sudah bisa berproduksi di kuartal pertama 2011 dengan perkiraan volume produksinya 60.000 ton biji kakao yang seluruh bahan bakunya akan diambil dari perkebunan yang ada di Indonesia.
Pada tahun ketiga, pabrik ditargetkan bisa memproduksi 180.000 ton biji coklat, sekaligus mengungguli kapasitas produksi pabrik pertama yang berlokasi di Johor.
54 PMA
Menurut Joko, pada paruh pertama tahun 2010 ini terdapat lebih dari 54 perusahaan asing yang sedang mengurus perijinan investasi di Batam dengan nilai investasi ditaksir 66.125.763 dollar AS setara dengan 595,13 miliar rupiah dengan kurs 9.000 rupiah per dollar AS.
Ke 54 perusahaan asing (PMA) tersebut berasal dari berbagai negara seperti Singapura, Malaysia, Taiwan, Australia, Norwegia, Korea Selatan, Belanda, Myanmar, China, Mesir dan Inggris. Sektor usaha yang akan dibuka antara lain, industri galangan kapal, resort, manufacturing, perakitan elektronik, garmen dan properti.
Untuk mendorong pertumbuhan investasi di Batam, BP Batam akan mengembangan infrastruktur yang ada seperti pelabuhan kargo di Batu Ampar yang akan ditingkatkan kapasitasnya agar bisa mengakomodir lonjakan pertumbuhan kontainer. Selain itu, BP Batam juga akan membangun jalan tol dalam kota dan monorail untuk transportasi masal. (gus).