Natuna dan Anambas Butuh Transportasi Udara

NATUNA – Masyarakat di Pulau Natuna dan Anambas Provinsi Kepuluan Riau butuh sarana transportasi udara berupa pesawat komersil pengganti Riau Airlines yang tak beroperasi lagi sejak beberapa bulan lalu, untuk mendukung mobilitas perekonomiannya.




Bupati Anambas Tengku Mukhtarrudin mengatakan sejak Riau Airlines tidak beroperasi lagi Oktober lalu hingga saat ini sarana transportasi ke Anambas dan Natuna hanya mengandalkan kapal laut yang hanya melayani dua atau tiga kali satu minggu sesuai dengan kondisi cuaca di laut.

Kondisi itu menyebabkan Kabupaten Anambas dan Natuna seperti daerah terpencil yang sulit mendapat akses dari daerah sekitarnya sehingga

pasokan kebutuhan pokok menjadi langka dan harganyapun terus menerus naik.

Oleh karenanya, Pemerintah Kabupaten Anambas berharap ada perusahaan penerbangan lain yang bisa menggantikan Riau Airlines yang sudah tak terbang lagi ke Anambas akibat kisruh keuangan di tubuh perusahaan tersebut.

Menurut Tengku, belum lama ini Pembkab Anambas telah mencoba menjalin kerja sama dengan perusahaan penerbangan Kemala Air untuk membuka rute terbang ke Anambas. Dari negosiasi yang dilakukan, Kemala Air meminta waktu penerbangan sekitar 120 jam per bulan namun Pemkab Anambas hanya menyediakan waktu 60 jam per bulan.

Harga tiket yang ditawarkan perusahaan itu sebesar satu juta rupiah per orang, dan untuk itu, Pemkab Anambas akan memberi subsidi sebesar 200 ribu per orang sehingga masyarakat hanya membayar 800 ribu rupiah per tiket.

Kemala Air akan menggunakan pesawat Cassa kapasitas 22 tempat duduk dan terbang dari Tanjung Pinang ke Anambas. Menurut Tengku, perusahaan itu akan mulai menjalani operasionalnya di Anambas sekitar 5 Januari 2011.

“Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Anambas telah menyetujui terbangnya pesawat Cassa dengan kapasitas 22 seat yang akan terbang selama 6 kali seminggu, dengan rute Tanjungpinang-Palmatak (Anambas),” katanya, Kamis (30/12).

Menurut Tengku, pemerintah mestinya memperhatikan keberadaan infrastruktur khususnya sarana transportasi di Anambas maupun Natuna karena kedua daerah merupakan penghasil Minyak dan Gas terbesar di Indonesia.

Kepala Dinas Pertambangan Provinsi Kepri, Yerry Suparna mengatakan, cadangan minyak bumi Natuna diperkirakan mencapai 14.386.470 barel dan gas bumi sekitar 112.356.680 barel. Sementara itu, kandungan gas di blok D Alpha mencapai 222 TCF (triliun kubik kaki), tiga kali dari kandungan gas Arun, Aceh. Namun, yang diperkirakan bisa digunakan sekitar 46,2 TCF disebabkan 75 persenya adalah CO2 (karbon dioksida).

Lapangan North Belut di Laut Natuna, kata Yerry memulai produksi gas perdana 16 November 2009 lalu. Poduksinya sekitar 265 juta kaki kubik per hari untuk gas dan 20 ribu barel minyak per hari. Produksi Migas di North Belut masih bisa ditingkatkan hingga puncak produksi sebesar 315 juta kaki kubik per hari dan 30 ribu barel perhari.

Dikatakan, Natuna dan Anambas diperkirakan masih memiliki cadangan minyak bumi dan gas alam yang cukup besar di wilayah lautnya yang hingga kini belum diketahui. Oleh karena itu, keberadaan infrastruktur sangat penting bagi daerah tersebut. (gus).
◄ Newer Post Older Post ►