Tegal, kita tahu, telah menjadi sinonim bagi ‘kambing’, dan justru karena itu kita juga harus semakin pintar memilah-milah antara yang otentik dan yang tidak. Dan ini biasanya berarti mana yang ‘cempe’ dan mana yang tidak.
Nama Pak Tarno dengan sendirinya adalah jaminan bahwa kambing yang disajikannya adalah kambing sebagaimana kambing harus dihidangkan: ‘cempe’ (muda), idealnya di antara tiga danlima bulan.
Selain mahir memilih kambing cempe (salah satu kuncinya adalah urat yang tak terlalu merah), Bu Ilah, istri Pak Tarno, juga selalu memastikan bahwa daging kambing yang disuguhkannya selalu segar dan baru. Apabila kambing terlalu lama disimpan, daging beserta lemaknya akan mengeluarkan bau anyir. Satu lagi aspek penting: kebersihan. Selaras dengan prinsip pengolahan daging kambing, pasangan pemilik rumah makan ini selalu memastikan bahwa daging kambing tak bersentuhan dengan tangan, benda yang kotor, apalagi tanah, karena ia akan berubah warna—dan ini akan memengaruhi rasa. Maka daging kambing segera digantung sebelum disate. Ia juga tak boleh kena air, karena ini pun akan berdampak pada keempukan.
Berlandaskan prinsip ini, sop kambing Pak Tarno pun layak dicoba—kandungan merica yang berani lebih jauh membedakannya dengan versi-versi lain ibukota. Bagaimana pun, ini tetap tak menjelaskan sebuah pemandangan mencolok di warung ini: lembar-lembar lemak yang direntang di salah satu sisi. Ternyata, lemak itu digunakan untuk tambahan pada arang, untuk memberi wangi ekstra pada sate. Arang kayu pun ditambahkan untuk mempercepat waktu bakar yang cenderung lamban apabila hanya menggunakan arang batok belaka.
Nama Pak Tarno dengan sendirinya adalah jaminan bahwa kambing yang disajikannya adalah kambing sebagaimana kambing harus dihidangkan: ‘cempe’ (muda), idealnya di antara tiga dan
Selain mahir memilih kambing cempe (salah satu kuncinya adalah urat yang tak terlalu merah), Bu Ilah, istri Pak Tarno, juga selalu memastikan bahwa daging kambing yang disuguhkannya selalu segar dan baru. Apabila kambing terlalu lama disimpan, daging beserta lemaknya akan mengeluarkan bau anyir. Satu lagi aspek penting: kebersihan. Selaras dengan prinsip pengolahan daging kambing, pasangan pemilik rumah makan ini selalu memastikan bahwa daging kambing tak bersentuhan dengan tangan, benda yang kotor, apalagi tanah, karena ia akan berubah warna—dan ini akan memengaruhi rasa. Maka daging kambing segera digantung sebelum disate. Ia juga tak boleh kena air, karena ini pun akan berdampak pada keempukan.
Berlandaskan prinsip ini, sop kambing Pak Tarno pun layak dicoba—kandungan merica yang berani lebih jauh membedakannya dengan versi-versi lain ibukota. Bagaimana pun, ini tetap tak menjelaskan sebuah pemandangan mencolok di warung ini: lembar-lembar lemak yang direntang di salah satu sisi. Ternyata, lemak itu digunakan untuk tambahan pada arang, untuk memberi wangi ekstra pada sate. Arang kayu pun ditambahkan untuk mempercepat waktu bakar yang cenderung lamban apabila hanya menggunakan arang batok belaka.
Jl. R.C. Veteran Raya no. 14
(In front of Kantor Kelurahan/
Next to Apotik Zamzam)
Bintaro
Jakarta Selatan
Tel. 0815 86771689
(In front of Kantor Kelurahan/
Next to Apotik Zamzam)
Bintaro
Jakarta Selatan
Tel. 0815 86771689
Sumber : vivanews.com