Dari hasil penelitian panasnya lingkungan tersebut ternyata diakibatkan konsentrasi gas metan yang menyelimuti areal persawahan. Gas metan yang rumus kimianya CH4 tersebut merupakan sebagian dari bahan buangan sisa metabolisme tanaman padi. Perlu diketahui gas metan adalah gas rumah kaca yang sifatnya menahan panas radiasi bumi sehingga menyebabkan lingkungan menjadi lebih panas di areal tersebut. Panas yang ditimbulkan di areal persawahan menjadikan lingkungan tidak nyaman.
Pada saat ini telah dihasilkan beberapa varietas padi yang emisi gas metan-nya rendah. Tujuannya adalah agar konsentrasi gas metan di atmosfer dapat dikurangi serta lingkungan hidup khususnya di planet bumi ini dapat menjadi lebih nyaman. Tentunya kebijakan meluncurkan varietas jenis ini tidak hanya mengharapkan agar produksi per hektarnya yang setinggi langit. Tetapi lebih karena para petani juga mempunyai komitmen menjaga lingkungan agar berkembang menjadi lebih nyaman.
Melimpahnya produksi beras di Indonesia, diperkirakan mencapai 59,9 juta ton pada 2008 ini, sedikit telah memicu para peneliti padi untuk mengalihkan konsentrasi pekerjaannya untuk merakit padi dengan keistimewaan lain. Badan Litbang Pertanian telah menghasilkan padi dengan spesifikasi emisi gas metannya rendah. Varietas padi jenis ini sedang dijajaki kemungkinan penyebarluasannya.
Satu hal yang mendorong para peneliti untuk merakit padi rendah emisi gas metan adalah sulitnya menghindar dari dampak pemanasan iklim global. Tentu saja hal ini dimaksudkan agar lahan-lahan para petani tetap dapat berproduksi dan dilain pihak dapat menurunkan kecenderungan pemanasan iklim global. Varietas unggul padi yang mempunyai sifat tersebut adalah Ciherang, Way Apoburu, Cisantana, dan Tukad Balian.